Minggu, 30 Mei 2010

Rooney Stolen Shoes




Rooney Stolen Shoes


City of Rome is known as a place that is not too hostile to support British teams. Two seasons ago, Manchester United supporters' involvement with the police riot at the Stadio Olimpico.

Before digelarnya 2008-2009 Champions League final, no signs of the capital city of Italy's friendly with England teams re-emerged.

This time the victims are not fans, but players one finalist team. Manchester United striker, Wayne Rooney, robbed the newest shoe in the stadium.

As reported Mirror, owned by Wayne Rooney Nike shoes were stolen a few hours before the finals began.

Which became a personal sponsor Nike England striker is to provide a special shoe for the laser model T90 final match against Barcelona. But unfortunately before kick off the match began, a shoe is lost in the hotel.

Rooney was forced to use old shoes for practice. One of the sources in the Manchester United claimed not to believe such a thing happen to his team.

"There is no one who believes (Rooney could lose a shoe)," he said as quoted by Mirror.

Senin, 17 Mei 2010

BELAJAR MICROSOFT WORD





I. Mengenal Microsoft Word

Microsoft Word (MS Word) merupakan program pengolah kata yang banyak dipakai saat ini dibandingkan dengan program pengolah kata lainnya, seperti WordStar, AmiPro, WordPerfect dan lain-lain. Hal ini dipengaruhi oleh faktor fasilitas yang disediakan, kemudahan dalam menggunakan, hasil yang diperoleh, tampilan yang menarik dan lain sebagainya.

Microsoft Word, selanjutnya disebut Word 2003 merupakan pengembangan dari versi sebelumnya yang mengalami banyak perubahan dan perbaikan di sana-sini sehingga lebih fleksibel digunakan dan menyediakan fasilitas penuh terhadap penulisan dari setiap program aplikasinya. Kemampuan dalam membuat tabel, menyisipkan program lain ke program Word 2003 dan fasilitas lainnya yang akan bahas lebih lanjut, telah menghantarkan Word 2003 sebagai program aplikasi pengolah kata yang mutakhir saat ini.



Tittle bar

Menu bar

Toolbar

standar

ruler



Status bar Toolbar gambar Task Pane

Gambar 1. Tampilan area kerja MS Word

Keterangan Gambar:

* Title bar

berisi nama file yang sedang dikerjakan, serta tombol menampilkan, atau menyembunyikan jendela program, dan menutup program, yaitu tombol Minimize, Maximize/Restore, dan Close.

* Menu Bar

berisi daftar menu yang dapat kita gunakan, dimana menu ini mempunyai sub menu masing-masing sesuai dengan fungsi dari menu induknya. Misalnya Menu File, maka sub menu-nya berisi segala hal yang berkaitan dengan file, begitu juga dengan menu yang lainnya. Standarnya menu ini terdiri dari Menu File, Edit, View, Insert, Format, Tools, Table, Windows dan Help tapi daftar menu juga dapat kita tambahkan sesuai dengan keperluan kita. Menu ini dapat kita pilih dengan cara meng-klik nama menu atau dengan tombol Alternate (ALT)+huruf yang bergaris bawah pada menu secara bersamaan. Misal, kita akan mengaktifkan menu File maka klik-lah menu tersebut atau dengan menekan tombol ALT+F (tekan secara bersamaan).

* Tool bar

berisi tombol-tombol yang berfungsi sebagai alternatif penggunaan perintah yang sering digunakan. Sebagai contoh, tool Open merupakan shortcut dari perintah File > Open, atau tool Print merupakan shortcut dari perintah File > Print.

* Ruler

sesuai dengan namanya, bagian ini berfungsi sebagai alat bantu dalam penentuan margin (batas) dari lembar kerja. Apakah batas kiri, kanan, paragraph dan lain-lain. Ruler ini dapat kita atur ukurannya, apakah centimeter, inchi, millimeter, points atau pica. Untuk menentukan ukuran ini dapat dilakukan dengan cara : Klik menu tool, lalu klik Options pada kotak dialog option klik general pada kotak pilihan measurement units tentukan jenis pengukuran yang diinginkan, lalu klik OK.

Gambar 3. Status bar



* Status bar

adalah baris horizontal yang menampilan informasi jendela dokumen

yang sedang ditampilkan, antara lain:





II. Mengenal Dasar-Dasar Penyuntingan



1. Membuat Dokumen Baru

Sewaktu kita mengaktifkan program Word 2003 otomatis dibuka lembar kerja baru dengan nama document1. Untuk merubah nama ini dapat dilakukan pada saat penyimpanan lembar kerja ini. Lalu bagaimana caranya membuka lembar kerja baru disaat Word 2003 telah aktif (mengerjakan dokumen lain). Misalnya sekarang kita sedang mengetik suatu dokumen dengan nama ‘Latihan.doc’, pada saat itu lupa belum mengetik tugas, lalu kita ingin mengerjakan tugas dahulu baru mengerjakan dokumen ‘Latihan.doc’. Bagaimana caranya untuk membuka lembar kerja yang baru ini? Ada dua cara , yaitu:

1. Mengaktifkan Word 2003 dari menu Start (lihat sub menu memulai Word 2003 diatas). Jika cara ini kita pilih berarti kita mengaktifkan 2 layar Word 2003 dengan nama yang berbeda. Atau dengan cara

2. Meng-klik menu File lalu pilih dan klik New, (atau langsung meng-klik icon new dengan lambang selembar kertas , maka akan muncul layar sbb

3. pada kotak dialog New pilih tab general dan klik Blank Document lalu klik OK.

Pada layar ini kita juga dapat membuka berbagai format surat, memo, web pages dan lain sebagainya. Untuk melihat masing-masingnya kita tinggal meng-klik jenis format yang diinginkan yang terletak sejajar dengan tab general.

2. Menggeser Insertion Point (kursor)

Insertion point sama dengan kursor, perbedaanya terletak bentuknya. Kalau insertion point berupa garis tegak (I) yang berkedip-kedip terdapat pada aplikasi windows sedangkan kursor adalah garis rebah (-) yang berkedip-kedip yang terdapat pada aplikasi DOS. Insertion point berfungsi sebagai penunjuk lokasi tempat memulai pengetikan atau menandai teks. Agar kita bergerak dengan cepat dalam suatu dokumen yang besar, maka kita harus tahu apa saja perintah untuk menggeser insertion poin ini.

Tombol


Fungsi

→ atau ←


Berpindah ke kanan atau ke kiri satu karakter

↑ atau ↓


Berpindah ke atas atau ke bawah satu baris

Ctrl+→ atau Ctrl+←


Berpindah ke kanan atau ke kiri satu kata

Ctrl+↑ atau Ctrl+↓


Berpindah ke atas atau kebawah satu paragraph

Home atau End


Berpindah ke awal atau ke akhir baris

Ctrl+Home atau Ctrl+End


Berpindah ke awal atau ke akhir dokumen

PgUp atau PgDn


Berpindah ke atas atau ke bawah satu layar

Ctrl+PgUp/Ctrl+ PgDn


Berpindah ke atas atau ke bawah satu halaman

Disamping perintah diatas, kita juga dapat mengeser insertion point ini dengan menggunakan mouse, dengan cara meng-klik pada daerah yang diinginkan, tentunya hal ini hanya dapat kita lakukan pada layar yang tampak saja. Untuk mengatasi ini kita juga dapat menggunakan tombol vertical scroll bar atau horizontal scroll bar yang terdapat pada bagian kanan dan bawah layar dengan symbol. Ingat : Tombol ini hanya berfungsi untuk menggeser layar bukan untuk memindahkan insertion point.

Cara yang paling cepat adalah dengan:

1. Klik menu Edit.

2. Pilih dan Klik Submenu Go To.

3. Maka akan tampil jendela Find and Replace.

4. Pada kotak pilihan go to what, kita dapat menentukan jenis pemindahan yang diinginkan. Misalkan kita klik Line.

5. Pada Enter line number kita isikan 20, lalu klik go to.

6. Maka insertion point sekarang berada pada baris ke 20.

3. Menandai Teks (blok)

Jika kita ingin meng-copy, memindahkan, atau menghapus sekelompok kalimat maka kita sebaiknya menandai teks tersebut terlebih dahulu dengan tujuan untuk mempercepat proses. Menandai teks berarti kita mem-blok suatu teks sehingga warnanya berbeda dengan yang lain. Menandai suatu teks dapat kita lakukan dengan dua cara:

a) Menggunakan Keyboard

Tombol yang digunakan adalah ;

Tombol


Fungsi

Shift+ →


Menandai satu karakter disebelah kanan insertion point

Shift+ ←


Menandai satu karakter disebelah kiri insertion point

Shift+ ↑


Menandai satu baris ke atas

Shift+ ↓


Menandai satu baris ke bawah

Ctrl+Shift+ →


Menandai satu kata disebelah kanan insertion point

Ctrl+Shift+ ←


Menandai satu kata disebelah kiri insertion point

Ctrl+Shift+ ↑


Menandai sampai ke-awal paragraph

Ctrl+Shift+ ↓


Menandai sampai ke-akhir paragraph

Shift+End


Menandai sampai ke akhir baris

Shift+Home


Menandai sampai ke awal baris

Shift+PgUp


Menandai sampai satu layar ka-atas

Shift+PgDwn


Menandai sampai satu layar ke-bawah

Ctrl+Shift+Home


Menandai sampai ke awal dokumen

Ctrl+Shift+End


Menandai sampai ke akhir dokumen

Ctrl+A


Menandai seluruh teks yang ada pada dokumen



b) Menggunakan Mouse

Lakukan


Fungsi, untuk memilih

Klik tahan (drag) teks yang diinginkan


Sembarang teks

Klik ganda pada kata


Satu kata

Klik pada selection bar


Satu baris

Drag pada selection bars


Beberapa baris

Tekan CTRL lalu klik kalimat yang diinginkan


Satu kalimat

Klik ganda pada selection bar atau klik 3X pada bagian paragraph


Satu paragraph

Tekan ALT lalu drag mouse ke posisi yang dinginkan


Berbentuk kolom

Keterangan: Selection bar adalah bagian yang terletak di sebelah kiri margin kiri. Untuk membatalkan penandaan suatu teks, kliklah disembarang tempat.

4. Meng-copy, Menghapus & Memindahkan Teks

a) Meng-copy Teks

Untuk meng-copy suatu teks dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

· Tandailah teks yang akan dicopy

· Klik menu Edit lalu klik Copy (atau klik icon copy )

· Pindahkan titik sisip (insertion point) ke lokasi pengcopian.

· Klik menu Edit lalu klik Paste (atau klik icon paste)

Selain cara tersebut di atas, Anda dapat juga menyalin teks degan menggunakan mouse, berikut:

* Tandai teks yang akan dicopy dengan mouse.
* Klik mouse kiri lalu drag teks.
* Klik mouse kanan lalu pilih Copy.
* Pindahkan mouse ke tempat yang akan dituju.
* Klik mouse kanan lalu pilih Paste.

Atau dengan cara:

· Tandailah teks yang akan dicopy.

· Tekan Ctrl+Drag teks tersebut dan geser mouse kelokasi tujuan peng-copian.

Atau dengan cara lain:

· Tandailah teks yang akan dicopy.

· Tekan Ctrl+C.

· Bawa insertion point ke daerah tujuan.

· Tekan Ctrl+V.

b) Menghapus Teks

Menghapus teks dapat kita lakukan sebagai berikut:

· Tandailah teks yang akan dihapus.

· Klik menu Edit lalu klik Cut (atau klik icon Cut, gambar gunting).

Atau dengan cara:

· Tandailah teks yang akan dihapus.

· Tekan tombol Delete.

Untuk menghapus teks yang telah Anda pilih, dapat juga dengan mengikuti langkah berikut ini:

· Pilih teks yang akan anda hapus.

· Kemudian pilih dan klik menu Edit, Clear, Contents Del atau tekan tombol Delete.

c) Memindahkan Teks

Untuk memindahkan teks yang Anda pilih ke lokasi yang baru, ikuti langkah berikut ini:

· Tandailah terlebih dahulu teks yang akan dipindahkan.

· Klik menu Edit lalu klik Cut (atau klik icon Cut).

· Pindahkan penujuk sisipan (insertion point) ke daerah tujuan.

· Klik menu Edit lalu klik Paste (atau klik icon Paste).

Atau dengan cara:

· Tandailah terlebih dahulu teks yang akan dipindahkan.

· Drag teks tersebut dan geser mouse kelokasi yang baru.

Atau dengan cara lain:

· Tandailah terlebih dahulu teks yang akan dipindahkan.

· Tekan Ctrl+X.

· Bawa insertion point ke daerah tujuan, Tekan Ctrl+V.

5. Menyimpan Dokumen

Lembar kerja (document) yang kita buat dapat disimpan pada hard disk atau disket dengan cara sebagai berikut:

1. Pilih dan klik menu File, Save atau tekan Ctrl+S.

2. Pada tombol daftar pilihan Save in, pilih dan klik drive atau folder yang diinginkan.

3. Pada kotak isian File name, ketikkan nama file yang Anda inginkan.

4. Klik tombol perintah Save untuk memproses penyimpanannya.

Catatan :

1. Dibawah pilihan Save in terdapat icon-icon alamat yang sering digunakan untuk menyimpan data. Anda dapat langsung meng-klik icon tersebut jika Anda ingin menyimpan data pada icon tersebut.

2. Jika diperlukan Anda juga dapat memilih jenis dan bentuk format penyimpanan file pada tombol daftar pilihan Save as type.

Di samping cara di atas, kita juga dapat menyimpan dokumen dengan langsung meng-klik icon save (gambar disket) yang terdapat pada toolbar standar.
BELAJAR MICROSOFT WORD





I. Mengenal Microsoft Word

Microsoft Word (MS Word) merupakan program pengolah kata yang banyak dipakai saat ini dibandingkan dengan program pengolah kata lainnya, seperti WordStar, AmiPro, WordPerfect dan lain-lain. Hal ini dipengaruhi oleh faktor fasilitas yang disediakan, kemudahan dalam menggunakan, hasil yang diperoleh, tampilan yang menarik dan lain sebagainya.

Microsoft Word, selanjutnya disebut Word 2003 merupakan pengembangan dari versi sebelumnya yang mengalami banyak perubahan dan perbaikan di sana-sini sehingga lebih fleksibel digunakan dan menyediakan fasilitas penuh terhadap penulisan dari setiap program aplikasinya. Kemampuan dalam membuat tabel, menyisipkan program lain ke program Word 2003 dan fasilitas lainnya yang akan bahas lebih lanjut, telah menghantarkan Word 2003 sebagai program aplikasi pengolah kata yang mutakhir saat ini.



Tittle bar

Menu bar

Toolbar

standar

ruler



Status bar Toolbar gambar Task Pane

Gambar 1. Tampilan area kerja MS Word

Keterangan Gambar:

* Title bar

berisi nama file yang sedang dikerjakan, serta tombol menampilkan, atau menyembunyikan jendela program, dan menutup program, yaitu tombol Minimize, Maximize/Restore, dan Close.

* Menu Bar

berisi daftar menu yang dapat kita gunakan, dimana menu ini mempunyai sub menu masing-masing sesuai dengan fungsi dari menu induknya. Misalnya Menu File, maka sub menu-nya berisi segala hal yang berkaitan dengan file, begitu juga dengan menu yang lainnya. Standarnya menu ini terdiri dari Menu File, Edit, View, Insert, Format, Tools, Table, Windows dan Help tapi daftar menu juga dapat kita tambahkan sesuai dengan keperluan kita. Menu ini dapat kita pilih dengan cara meng-klik nama menu atau dengan tombol Alternate (ALT)+huruf yang bergaris bawah pada menu secara bersamaan. Misal, kita akan mengaktifkan menu File maka klik-lah menu tersebut atau dengan menekan tombol ALT+F (tekan secara bersamaan).

* Tool bar

berisi tombol-tombol yang berfungsi sebagai alternatif penggunaan perintah yang sering digunakan. Sebagai contoh, tool Open merupakan shortcut dari perintah File > Open, atau tool Print merupakan shortcut dari perintah File > Print.

* Ruler

sesuai dengan namanya, bagian ini berfungsi sebagai alat bantu dalam penentuan margin (batas) dari lembar kerja. Apakah batas kiri, kanan, paragraph dan lain-lain. Ruler ini dapat kita atur ukurannya, apakah centimeter, inchi, millimeter, points atau pica. Untuk menentukan ukuran ini dapat dilakukan dengan cara : Klik menu tool, lalu klik Options pada kotak dialog option klik general pada kotak pilihan measurement units tentukan jenis pengukuran yang diinginkan, lalu klik OK.

Gambar 3. Status bar



* Status bar

adalah baris horizontal yang menampilan informasi jendela dokumen

yang sedang ditampilkan, antara lain:





II. Mengenal Dasar-Dasar Penyuntingan



1. Membuat Dokumen Baru

Sewaktu kita mengaktifkan program Word 2003 otomatis dibuka lembar kerja baru dengan nama document1. Untuk merubah nama ini dapat dilakukan pada saat penyimpanan lembar kerja ini. Lalu bagaimana caranya membuka lembar kerja baru disaat Word 2003 telah aktif (mengerjakan dokumen lain). Misalnya sekarang kita sedang mengetik suatu dokumen dengan nama ‘Latihan.doc’, pada saat itu lupa belum mengetik tugas, lalu kita ingin mengerjakan tugas dahulu baru mengerjakan dokumen ‘Latihan.doc’. Bagaimana caranya untuk membuka lembar kerja yang baru ini? Ada dua cara , yaitu:

1. Mengaktifkan Word 2003 dari menu Start (lihat sub menu memulai Word 2003 diatas). Jika cara ini kita pilih berarti kita mengaktifkan 2 layar Word 2003 dengan nama yang berbeda. Atau dengan cara

2. Meng-klik menu File lalu pilih dan klik New, (atau langsung meng-klik icon new dengan lambang selembar kertas , maka akan muncul layar sbb

3. pada kotak dialog New pilih tab general dan klik Blank Document lalu klik OK.

Pada layar ini kita juga dapat membuka berbagai format surat, memo, web pages dan lain sebagainya. Untuk melihat masing-masingnya kita tinggal meng-klik jenis format yang diinginkan yang terletak sejajar dengan tab general.

2. Menggeser Insertion Point (kursor)

Insertion point sama dengan kursor, perbedaanya terletak bentuknya. Kalau insertion point berupa garis tegak (I) yang berkedip-kedip terdapat pada aplikasi windows sedangkan kursor adalah garis rebah (-) yang berkedip-kedip yang terdapat pada aplikasi DOS. Insertion point berfungsi sebagai penunjuk lokasi tempat memulai pengetikan atau menandai teks. Agar kita bergerak dengan cepat dalam suatu dokumen yang besar, maka kita harus tahu apa saja perintah untuk menggeser insertion poin ini.

Tombol


Fungsi

→ atau ←


Berpindah ke kanan atau ke kiri satu karakter

↑ atau ↓


Berpindah ke atas atau ke bawah satu baris

Ctrl+→ atau Ctrl+←


Berpindah ke kanan atau ke kiri satu kata

Ctrl+↑ atau Ctrl+↓


Berpindah ke atas atau kebawah satu paragraph

Home atau End


Berpindah ke awal atau ke akhir baris

Ctrl+Home atau Ctrl+End


Berpindah ke awal atau ke akhir dokumen

PgUp atau PgDn


Berpindah ke atas atau ke bawah satu layar

Ctrl+PgUp/Ctrl+ PgDn


Berpindah ke atas atau ke bawah satu halaman

Disamping perintah diatas, kita juga dapat mengeser insertion point ini dengan menggunakan mouse, dengan cara meng-klik pada daerah yang diinginkan, tentunya hal ini hanya dapat kita lakukan pada layar yang tampak saja. Untuk mengatasi ini kita juga dapat menggunakan tombol vertical scroll bar atau horizontal scroll bar yang terdapat pada bagian kanan dan bawah layar dengan symbol. Ingat : Tombol ini hanya berfungsi untuk menggeser layar bukan untuk memindahkan insertion point.

Cara yang paling cepat adalah dengan:

1. Klik menu Edit.

2. Pilih dan Klik Submenu Go To.

3. Maka akan tampil jendela Find and Replace.

4. Pada kotak pilihan go to what, kita dapat menentukan jenis pemindahan yang diinginkan. Misalkan kita klik Line.

5. Pada Enter line number kita isikan 20, lalu klik go to.

6. Maka insertion point sekarang berada pada baris ke 20.

3. Menandai Teks (blok)

Jika kita ingin meng-copy, memindahkan, atau menghapus sekelompok kalimat maka kita sebaiknya menandai teks tersebut terlebih dahulu dengan tujuan untuk mempercepat proses. Menandai teks berarti kita mem-blok suatu teks sehingga warnanya berbeda dengan yang lain. Menandai suatu teks dapat kita lakukan dengan dua cara:

a) Menggunakan Keyboard

Tombol yang digunakan adalah ;

Tombol


Fungsi

Shift+ →


Menandai satu karakter disebelah kanan insertion point

Shift+ ←


Menandai satu karakter disebelah kiri insertion point

Shift+ ↑


Menandai satu baris ke atas

Shift+ ↓


Menandai satu baris ke bawah

Ctrl+Shift+ →


Menandai satu kata disebelah kanan insertion point

Ctrl+Shift+ ←


Menandai satu kata disebelah kiri insertion point

Ctrl+Shift+ ↑


Menandai sampai ke-awal paragraph

Ctrl+Shift+ ↓


Menandai sampai ke-akhir paragraph

Shift+End


Menandai sampai ke akhir baris

Shift+Home


Menandai sampai ke awal baris

Shift+PgUp


Menandai sampai satu layar ka-atas

Shift+PgDwn


Menandai sampai satu layar ke-bawah

Ctrl+Shift+Home


Menandai sampai ke awal dokumen

Ctrl+Shift+End


Menandai sampai ke akhir dokumen

Ctrl+A


Menandai seluruh teks yang ada pada dokumen



b) Menggunakan Mouse

Lakukan


Fungsi, untuk memilih

Klik tahan (drag) teks yang diinginkan


Sembarang teks

Klik ganda pada kata


Satu kata

Klik pada selection bar


Satu baris

Drag pada selection bars


Beberapa baris

Tekan CTRL lalu klik kalimat yang diinginkan


Satu kalimat

Klik ganda pada selection bar atau klik 3X pada bagian paragraph


Satu paragraph

Tekan ALT lalu drag mouse ke posisi yang dinginkan


Berbentuk kolom

Keterangan: Selection bar adalah bagian yang terletak di sebelah kiri margin kiri. Untuk membatalkan penandaan suatu teks, kliklah disembarang tempat.

4. Meng-copy, Menghapus & Memindahkan Teks

a) Meng-copy Teks

Untuk meng-copy suatu teks dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

· Tandailah teks yang akan dicopy

· Klik menu Edit lalu klik Copy (atau klik icon copy )

· Pindahkan titik sisip (insertion point) ke lokasi pengcopian.

· Klik menu Edit lalu klik Paste (atau klik icon paste)

Selain cara tersebut di atas, Anda dapat juga menyalin teks degan menggunakan mouse, berikut:

* Tandai teks yang akan dicopy dengan mouse.
* Klik mouse kiri lalu drag teks.
* Klik mouse kanan lalu pilih Copy.
* Pindahkan mouse ke tempat yang akan dituju.
* Klik mouse kanan lalu pilih Paste.

Atau dengan cara:

· Tandailah teks yang akan dicopy.

· Tekan Ctrl+Drag teks tersebut dan geser mouse kelokasi tujuan peng-copian.

Atau dengan cara lain:

· Tandailah teks yang akan dicopy.

· Tekan Ctrl+C.

· Bawa insertion point ke daerah tujuan.

· Tekan Ctrl+V.

b) Menghapus Teks

Menghapus teks dapat kita lakukan sebagai berikut:

· Tandailah teks yang akan dihapus.

· Klik menu Edit lalu klik Cut (atau klik icon Cut, gambar gunting).

Atau dengan cara:

· Tandailah teks yang akan dihapus.

· Tekan tombol Delete.

Untuk menghapus teks yang telah Anda pilih, dapat juga dengan mengikuti langkah berikut ini:

· Pilih teks yang akan anda hapus.

· Kemudian pilih dan klik menu Edit, Clear, Contents Del atau tekan tombol Delete.

c) Memindahkan Teks

Untuk memindahkan teks yang Anda pilih ke lokasi yang baru, ikuti langkah berikut ini:

· Tandailah terlebih dahulu teks yang akan dipindahkan.

· Klik menu Edit lalu klik Cut (atau klik icon Cut).

· Pindahkan penujuk sisipan (insertion point) ke daerah tujuan.

· Klik menu Edit lalu klik Paste (atau klik icon Paste).

Atau dengan cara:

· Tandailah terlebih dahulu teks yang akan dipindahkan.

· Drag teks tersebut dan geser mouse kelokasi yang baru.

Atau dengan cara lain:

· Tandailah terlebih dahulu teks yang akan dipindahkan.

· Tekan Ctrl+X.

· Bawa insertion point ke daerah tujuan, Tekan Ctrl+V.

5. Menyimpan Dokumen

Lembar kerja (document) yang kita buat dapat disimpan pada hard disk atau disket dengan cara sebagai berikut:

1. Pilih dan klik menu File, Save atau tekan Ctrl+S.

2. Pada tombol daftar pilihan Save in, pilih dan klik drive atau folder yang diinginkan.

3. Pada kotak isian File name, ketikkan nama file yang Anda inginkan.

4. Klik tombol perintah Save untuk memproses penyimpanannya.

Catatan :

1. Dibawah pilihan Save in terdapat icon-icon alamat yang sering digunakan untuk menyimpan data. Anda dapat langsung meng-klik icon tersebut jika Anda ingin menyimpan data pada icon tersebut.

2. Jika diperlukan Anda juga dapat memilih jenis dan bentuk format penyimpanan file pada tombol daftar pilihan Save as type.

Di samping cara di atas, kita juga dapat menyimpan dokumen dengan langsung meng-klik icon save (gambar disket) yang terdapat pada toolbar standar.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN GERAK



A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN MOTORIK (fisik)

Definisi Perkembangan Motorik, motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.

Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.



B. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN MOTORIK (gerak)

Pada dasarnya, yang dimaksud dengan perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Secara umum, perkembangan motor dibagi menjadi dua yaitu motorik kasar dan motorik halus.
Motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motorik yang melibatkan ketrampilanotot-otot besar. Gerakan-gerakan seperti tengkurap, duduk, merangkak, dan mengangkat leher adalah bagian dari aktivitas motorik kasar. Gerakan inilah yang pertama terjadi pada tahun pertama usia anak.
Sedangkan motor halus merupakan aktivitas ketrampilan yang melibatkan gerakan otot-otot kecil. Menggambar, meronce manik-manik, menulis dan makan adalah contoh beberapa gerakan motorik halus. Kemampuan motor halus ini berkembang setelah kemampuan motorik kasar si kecil berkembang optimal.






C. PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN MOTORIK.

1. Perkembangan melibatkan perubahan.

Perkembangan motorik ditandai dengan adanya perubahan ukuran, perubahan proposi, hilangnya ciri lama, dan mendapatkan ciri baru.

2. Hasil proses kematangan dan belajar.

Proses kematangan yaitu warisan genetik individu. Sedangkan proses belajar yaitu perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha setiap indifidu..

3. Terdapat perbedaan dalam perkembangan motorik setiap individu.

Walaupun pola perkembangan sama, setiap anak akan mengikuti pola pola perkembangan yang dapat diramalkan dengan cara dan kecepatannya sendiri-sendiri

4. Dapat diramalkan.

Pola perkembangan fisik dapat diramalkan semasa kehidupan pra dan pasca lahir. Perkenbangan motorik akan mengikuti hukum chepolocaudal yaitu perkembangan yang menyebar ke seluruh tubuh dari kepala ke kaki. Hukum yang kedua yaitu proximodialis yaitu perkembangan dari yang dekat ke yang jauh.

5. Pola perkembangan mempunyai karateristik yang dapat diramalkan.

Karateristik dalam perkembangan anak juga dapat diramalkan, hal ini berlaku baik untuk perkembangan fisik maupun mental. Semua anak mengikuti mengikuti pola perkembangan yang sama dari satu tahap ke tahap yang lainnya.

6. Setiap tahap memiliki bahaya yang potensial.

Beberapa hal yang menyebabkan antara lain dari lingkungan bahkan dari anak itu sendiri. Bahaya ini dapat mengakibatkan terganggunya penyesuaian fisik, psikologis, dan sosial anak.



D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Meskipun dalam aspek yang lebih luas perkembangan motorik mengikuti pola yang serupa untuk semua orang, dalam rincian pola tersebut terjadi perbedaan individu. Hal ini mempengarhui umur pada waktu perbedaan individu tersebut mencapai tahap yang berbeda.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik: faktor terpenting yang mempengaruhi perkembangan motorik pada tahap ini jika anak fisik, kesehatan umum, dan kapasitas mental, di samping kondisi psikologis, serta faktor-faktor lingkungan hidup dalam kemiskinan dan kekayaan, dan faktor-faktor sosialisasi.

1. Perkembangan sistim Saraf.

Sistim saraf sangat berpengaruh dalam perkenbangan motorik karna sistim saraf lah yang mengontrol gerak motorik pada tubuh manusia.

2. Kemampuan fisik yang memungkinkan untuk bergerak.

Karna perkembangan motorik sangat erat kaitannya dengan fisik maka kemampuan fisik seseorang akan sangat berpengaruh pada perkembangan motorik seseorang. Anak yang normal perkembangan motoriknya akan lebih baik dibandingkan anak yang memiliki kekurangan fisik.

3. Keinginan anak yang memotifasinya untuk bergerak.

Ketika anak mampu melakkan suatu gerakan motorik, maka akan termotivasi untuk bergerak kepada motorik yang lebih luas lagi. Karna semakin dilatih kemampuan motorik anak akan semakin meningkat.



4. Linkungan yang mendukung.

Perkembangan motorik anak akan lebih teroptimalkan jika lingkungan tempat tumbuh kembang anak mendukung mereka untuk bergerak bebas. Kegiatan di luar ruangan bisa menjadi pilihan yang terbaik karena dapat menstimulasi perkembangan otot.

5. Aspek psikologis anak.

Kemampuan motorik yang baik berhubungan erat dengan self-esteem.

6. Umur.

Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenetal, tahun pertama kehidupan dan pada masa remaja.

7. Jenis kelamin.

Setelah melewati pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.

8. Genetik.

Genetik adalah bawaan anak yaitu potensial anak yang akan menjadi ciri khasnya. Kelainan genetik akan mempengaruhi proses tumbuh kembang anak.

9. Kelainan kromosom.

Pada umumnya kelainan kromosom akan disertai dengan kegagalan pertumbuhan.

Kondisi-kondisi yang Mempengaruhi Laju Perkembangan Motorik
Berikut ini kondisi yang memiliki dampak paling besar terhadap laju perkembangan motorik.

1. Sifat dasar genetik, termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan mempunyai pengaruh yang menonjol terhadap laju perkembangan motorik
2. Seandainya dalam awal kehidupan pasca lahir tidak ada hambatan kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, semakin aktif janin semakin cepat perkembangan motorik anak
3. Kondisi pralahir yang menyenangkan khususnya gizi makanan sang ibu, lebih mendorong perkembangan motorik yang lebih cepat pada masa pascalahir, ketimbang kondisi pralahir yang tidak menyenangkan
4. Kelahiran yang sukar, khususnya apabila ada kerusakan pada otak akan memperlambat perkembangan motorik.
5. Seandainya tidak ada gangguan lingkungan, maka kesehatan dan gizi yang baik pada awal kehidupan pascalahir akan mempercepat perkembangan motorik
6. Anak yang IQ tinggi menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dibandingkan anak yang IQ-nya normal atau di bawah normal
7. Adanya rangsangan, dorongan dan kesempatan untuk menggerakkan semua bagian tubuh akan mempercepat perkembangan motorik
8. Perlindungan yang berlebihan akan melumpuhkan kesiapan berkembangnya kemampuan motorik
9. Karena rangsangan dan dorongan yang lebih banyak dari orang tua, maka perkembangan motorik anak yang pertama cenderung lebih baik ketimbang perkembangan motorik anak yang lahir kemudian. Kelahiran sebelum waktunya biasanya memperlambat perkembangan motorik karena tingkat perkembangan motorik pada waktu lahir berada di bawah tingkat perkembangan bayi yang lahir tepat waktunya.
10. Cacat fisik, seperti kebutaan akan memperlambat perkembangan motorik
11. Dalam perkembangan motorik, perbedaan jenis kelamin, warna dan sosial ekonomi lebih banyak disebabkan oleh perbedaan motivasi dan pelatihan ketimbang anak karena perbedaan bawaan.

Perkembangan motorik anak akan lebih teroptimalkan jika lingkungan tempat tumbuh kembang anak mendukung mereka untuk bergerak bebas. Kegiatan di luar ruangan bisa menjadi pilihan yang terbaik karena dapat menstimulasi perkembangan otot (CRI, 1997). Jika kegiatan anak di dalam ruangan, pemaksimalan ruangan bisa dijadikan strategi untuk menyediakan ruang gerak yang bebas bagi anak untuk berlari, berlompat dan menggerakan seluruh tubuhnya dengan cara-cara yang tidak terbatas.

Selain itu, penyediaan peralatan bermain di luar ruangan bisa mendorong anak untuk memanjat, koordinasi dan pengembangan kekuatan tubuh bagian atas dan juga bagian bawah. Stimulasi-stimulasi tersebut akan membantu pengoptimalan motorik kasar. Sedangkan kekuatan fisik, koordinasi, keseimbangan dan stamina secara perlahan-lahan dikembangkan dengan latihan sehari-hari. Lingkungan luar ruangan tempat yang baik bagi anak untuk membangun semua keterampilan ini.

Kemampuan motorik halus bisa dikembangkan dengan cara anak-anak menggali pasir dan tanah, menuangkan air, mengambil dan mengumpulkan batu-batu, dedaunan atau benda-benda kecil lainnya dan bermain permainan di luar ruangan seperti kelereng. Pengembangan motorik halus ini merupakan modal dasar anak untuk menulis.

Keterampilan fisik yang dibutuhkan anak untuk kegiatan serta aktifitas olah raga bisa dipelajari dan dilatih di masa-masa awal perkembangan. Sangat penting untuk mempelajari keterampilan ini dengan suasana yang menyenangkan, tidak berkompetisi agar anak-anak mempelajari olah raga dengan senang dan merasa nyaman untuk ikut berpartisipasi. Hindari permainan di mana seseorang atau sekelompok orang menang dan kelompok lain kalah. Anak-anak yang secara terus menerus kalah dalam sebuah permainan memiliki kecenderungan merasa kurang percaya akan kemampuannya dan akan berkenti berpartisipasi. Tujuan pendidikan fisik untuk anak-anak yang masih kecil adalah untuk mengembangkan keterampilan dan ketertarikan fisik jangka panjang (CRI, 1997).

Perkembangan motorik berbeda tingkatannya pada setiap individu. Anak usia empat tahun bisa dengan mudah menggunakan gunting sementara yang lainnya mungkin akan bisa setelah berusia lima atau enam tahun. Anak tertentu mungkin akan bisa melopmat dan menangkap bola dengan mudah sementara yang lainnya mungkin hanya bisa menangkap bola yang besar atau berguling-guling. Dalam hal ini orang tua dan orang dewasa di sekitar anak harus mengamati tingkat perkembangan anak-anak dan merencanakan berbagai kegiatan yang bisa menstimulainya.

Menurut dr. Karel A.L. Staa, M.D olah raga memberi manfaat bagi perkembangan motorik anak.Selain untuk perkembangan fisiknya, olahraga juga amat baik untuk perkembangan otak serta psikologis anak. Mengikutkan anak pada kelompok olahraga akan meningkatkan kesehatan fisik, psikologis serta psikososialnya.Anak menjadi senang mendapat stimulasi kreativitas yang baik untuk perkembangannya.

Selain berbagai kegiatan stimulai, hal lain yang mempengaruhi perkembangan motorik anak adalah gizi anak. Banyak penelitian yang menerangkan tentang pengaruh gizi terhadap kecerdasan serta perkembangan motorik kasar. Levitsky dan Strupp pada penelitiannya terhadap tikus mengungkapkan bahwa kurang gizi menyebabkan functional isolationism ‘isolasi diri’ yaitu mempertahankan untuk tidak mengeluarkan energi yang banyak (conserve energy) dengan mengurangi kegiatan interaksi sosial, aktivitas, perilaku eksploratori, perhatian, dan motivasi. Aplikasi teori ini kepada manusia adalah bahwa pada keadaan kurang energi dan potein (KEP), anak menjadi tidak aktif, apatis, pasif, dan tidak mampu berkonsentrasi. Akibatnya, anak dalam melakukan kegiatan eksplorasi lingkungan fisik di sekitarnya hanya mampu sebentar saja dibandingkan dengan anak yang gizinya baik, yang mampu melakukannya dalam waktu yang lebih lama. Model functional isolationism yang dilukiskan ini sama dengan teori sebelumnya bahwa aspek-aspek essensial dan universal untuk perkembangan kognitif ditekan oleh mekanisme penurunan aktivitas pada keadaan kurang gizi.

Untuk melakukan suatu aktivitas motorik, dibutuhkan ketersediaan energi yang cukup banyak. Tengkurap, merangkak, berdiri, berjalan, dan berlari melibatkan suatu mekanisme yang mengeluarkan energi yang tinggi, sehingga yang menderita KEP (Kurang Energi Protein) biasanya selalu terlambat dalam perkembangan motor milestone. Sebagai contoh, pada anak usia muda, komposisi serat otot yang terlibat dalam pergerakan kontraksi kurang berkembang pada anak yang kurang gizi. Keadaan ini juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tulang sehingga terjadi pertumbuhan badan yang terlambat3.

Tengkurap, merangkak, dan berjalan menurunkan ketergantungan atau kontak yang terus-menerus dengan pengasuhnya. Keadaan ini berpengaruh nyata terhadap mekanisme self-regulatory, sehingga anak menjadi lebih bersosialisasi dan ramah dengan lingkungannya. Sebaliknya, bila terjadi keterlambatan dalam locomotion dan perkembangan motorik akan merusak akses terhadap sumber-sumber eksternal yang berpengaruh kurang baik terhadap regulasi emosional, sehingga akan mengakibatkan terhambatnya perkembangan kecerdasan anak.







DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan “Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan”. Jakarta: Erlangga.

Endah. Perkembangan Motorik Anak. http://parentingislami.wordpress.com (Online). Diakses 20 November 2009.

Wijaya, Putra. 2008. Perkembangan Motorik Anak. http://www.putrawijaya .co.cc/2008/10/perkembangan-motorik-anak-part-2.html. (Online). Diakses 20 November 2009.

..........2008. Perkembangan Motorik. http://www.blogger.com/feeds/2713639012779232114/posts/default (Online). Diakses 20 November 2009.

Jumat, 14 Mei 2010

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN



Sekolah : SMA Negeri 1 Tenggarang

Mata pelajaran : Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Kelas/Semester : X / 1 (satu)

Standart Kompetensi : Mempraktikkan teknik dasar senam lantai dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya

Kompetensi Dasar : 1. Mempraktikkan rangkaian teknik dasar gerak roll depan

serta nilai kedisiplinan, keberanian dan tanggungjawab.

2. Mempraktikkan rangkaian teknik dasar meroda serta

nilai kedisiplinan, keberanian dan tanggungjawab

Indikator : - Rangkaian teknik dasar gerak roll depan

- Rangkaian teknik dasar gerak meroda

Alokasi Waktu : 4 X 45 MENIT ( 2 Kali Pertemuan)

Tujuan pembelajaran :
Siswa dapat melakukan rangkaian teknik dasar gerak roll depan dengan benar

Siswa dapat melakukan rangkaian teknik dasar gerak meroda dengan benar

Materi Pembelajaran :
Senam Lantai

Metode Pembelajaran :
Cakupan

Demonstrasi

Part and whole

Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran :
a. Pendahuluan / motivasi dan apersepsi

Berbaris, berdoa, presensi dan pemanasan

Memberi motivasi dan penjelasan tujuan pembelajaran

b Kegiatan Inti

· Memberi penjelasan dan pengarahan materi pembelajaran

· Latihan gerak rangkaian teknik dasar roll depan dan meroda

Ă˜ Roll Depan

Yang dimaksud roll depan ialah gerakan badan berguling ke arah depan melalui bagian belakang badan (tengkuk), pinggul, pinggang, dan panggul bagian belakang. Dapat dilakuan dengan cara sebagai berikut :

1. Sikap permulaan jonngkok, pantat agak tinggi, kedua lengan lurus ke depan.

2. Luruskan tungkai badan condong kedepan, tangan menumpu pada matras selebar bahu, tarik dagu ke dada, tengkkuk pada matras.

3. Saat punggung menginai matras, bongkokkan tungkai, tarik paha kke dada, tangan menolak, gerakan engguling di truskan hinnngga berakhir pada sikap jongkok, tangan melekat pada tulang kering atau tangan lurus dengan pandangan lurus ke depan.

Ă˜ Meroda

Gerakan meroda merupakan gerakan memutar badan dengan sikap menyamping arah gerakan dan tumpuan bert badan ketika berputar menggunakan kedua tangan dan kaki.

Cara melakukan :

1. Berdiri dengan sikap tegak dan posisi tangan berada disamping

2. Lalu perlahan angkat tangan ke atas dengan sikap menyerupai huruf ”V”

3. Lalu putar kedua tangan kebelakang dengan diikuti kaki kanan/kiri melangkah ke depan lalu diikuti dengan kaki kiri/kanan sebagai hentakannya

4. Lalu letakkan tangan kanan lalu tangan kiri/tangan kiri lalu tangan kanan pada matras

5. Pada saat memutar kedua kaki harus lurus agar mendapat posisi yang maksimal

6. Saat sudah memutar posisi badan menghadap kesamping lalu putar kaki supaya bisa menghadap ke depan dan pandangan matapun harus menghadap ke depan



c. Penutup

Pendinginan, berbaris, evaluasi, tugas, berdoa

Sumber Belajar : buku teks, referensi, matras.
EMOSI



A. Definisi emosi

Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.

Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.

Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995)

Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), Rage(kemarahan), Love (cinta). Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu :

a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati

b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa

c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri

d.Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga

e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kemesraan, kasih

f. Terkejut : terkesiap, terkejut

g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka

h. malu : malu hati, kesal

Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan, karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah menguasai kehidupan emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih dengan baik akan memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya bukanlah mengenai emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara emosi dan cara mengekspresikan (Goleman, 2002 : xvi).

Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 65) orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.

B. Pengaruh-pengaruh negatif dari emosi dalam kegiatan olahraga

Pengaruh-pengaruh negatif dari emosi dalam kegiatan olahraga, antara lain :

a. Gelisah

Gelisah adalah gejala takut atau dapat pula dikatakan taraf takut yang masih ringan.Biasanya rasa gelisah ini terjadi pada saat menjelang pertanndingan akan dimulai. Rasa gelisah akan timbul apabila seseorang itu belum mengalami sendiri apa yang akan dilakukan ataupun adanya persaan sentimen, kebingngan atau ketidak pastian. Rasa gelisah akan dapat berubah menggembirakan manakala penyebab datanngnya rasa gelisah (pertandingan akan dimulai) tertunda pelaksanaanya.

Cara yang baik untuk menghindari atau mengurangi timbulnya kegelisahan adalah dengan jalan merasionalisasikan emosi, yaitu segala hal yang negatif dianggap positif. Hal-hal demikian dapat dilatih, yaitu dengan membiasakan untuk:

1. Merumuskan persoalan-persoalan yang sebenarnya merupakan sebab timbulnya kegelisahan secara jelas.

2. Memperhitungkan segala kemungkinan akibat yang terjadi dari yang paling ringan sampai yang terburuk.

3. Membuat persiapan untuk menghapadapi setiap kemungkinan yang biasanya terjadi dengan segala rumus pemecahannya yang dapat dilakukan baik oleh diri sendiri maupun dengan bantuan orang lain.

4. Menghadapi persoalan-persoalan dengan rasa siap dan tabah serta percaya pada kemampuan diri sendiri.

Dengan cara –cara tersebut dapat diharapkan kegelisahan yang menjangkiti para olahragawan sedikit demi sedikit dapat dikurangi atau bahkan dapat dihindarkan.

b. Takut

Hampir semua orang mempunyai pengalaman-penaglaman yang menakutkan . Takut biasanya berakar pada pengalaman sebelumnya atau pada masa-masa lampau yang pengaruhnya terhadap tingkah laku dan kepribadian seseorang akan berbekas sepanjang hidup.Takut banyak macamnya, misalnya takut pada binatang, takut sendirian, takut jika berada di depan orang banyak, takut akan timbulnya cidera dan sebagainya.

Kegelisahan yang menjangkiti para atlet dapat berubah menjadi ketakutan apabila tidak mendapat penyelesaian yang sebaik-baiknya.Rasa takut dapat memberi pengaruh yang negatif atau yang positif terhadap perkembanagan kepribadian seseorang. Dalam batas-batas yang normal rasa takut akan memberi pengaruh yang positif, karena dengan rasa takut tadi, orang akan lebih berhati-hati terahadap apa yang mereka takuti,misalnya saja dia jadi lebih siap atau sebaliknya mungkin dia lebih menghindari.

Rasa takut lebih baik jangan dimatikan sama sekali,tetapi dikendalaikan. Misalnya seorang atlit yang tidak memiliki ketakuatan terhadap kekalahan dalam pertandingan yang akan diikuti.Ia akan berbuat apa yang dikehendakinya, akhirnya ia akan terseret oleh perasaan ” kalah ya biar”. Usaha yang kira-kira dirasa terlalu berat untuk meraih keunggulan nilai,cenderung untuk tidak dilaksanakan , karena dianggap terlalu menghabiskan tenaga di samping juga sikap berhati-hati menjadi berkurang. Konsentrasi menjadi buyar dan usaha-usaha untuk mencari kelemahan-kelemahan lawan tidak ada lagi.

Rasa takut juga tidak boleh ditanamkan sehingga menyebabkan orang sama sekali tidak berani mengambil resiko, akhirnya orang tersebut terlalu banyak perhitungan yang kadang-kadang tidak diperlukan.Akibatnya orang tersebut tidak pernah mau mencoba dan berusaha untuk mengatasi ketakutan yang timbul.

Pada kehidupan sehari-hari, rasa takut ini banyak ditimbulkan oleh orang-orang yang justru lebih dewasa, menakut-nakuti anaknya supaya tunduk kepada kehendak oerang yang sudah dewasa tersebut.Kadang-kadang orang tua yang tidak mau sulit-sulit lebih cenderung untuk menakut-nakuti anaknya.Karena anak yang takut lebih mudah dikuasai sesuai dengan tujuan orang yang menakut-nakuti tersebut.Meskipun pada mulanya menakut-nakuti itu hanya bertujuan agar si anak tunduk kepada perintah orang tua saja,tetapi kalau terlanjur sulit untuk disembuhkan, sehingga perkembangan si anak itu sendiri akan terganggu.

Yang paling baik adalah kalau takut itu dikendalikan, artinya tidak ditanamkan , tetapi juga tidak dihilangkan sama sekali. Hal ini memang sulit sampai berapa jauh takut itu harus dikendalikan, karena kalau salah akan menjadi hoby.

Dalam dunia olahraga,rasa takut kalah di dalam batas-batas normal adalah baik, karena dengan demikian seseorang akan mempersiapkan diri untuk menghindari kekalahan.Melatih diri, berusaha mencari kelemahan-kelemahan lawan, penghematan tenaga/penghematan penghamburan tenaga yang tidak perlu dan sebagainya.Jadi jangan sekali-kali mengartikan pengendalian rasa takut sama dengan menanamkan rasa takut.

Menurut beberapa pendapat yang dikumpulkan oleh Reuben B.Frost dari Springfield College mengenai bagaimana harus menangani masalah takut ini, antara lain diajukan beberapa pendapat sebagai berikut: Mencoba menemukan dan memahami sebab-sebab terjadinya rasa takut. Mendekati dan mengenali situasi yang ditakuti secara sedikit demi sedikit. Mempersiapkan diri untuk menghadapi apa yang ditakuti dengan membuat perencanaan yang pasti dan taktik yang tepat guna. Menguji dan menganalisis alasan-alasan menngapa sampai terjadi ketakutan-ketakutan. Menolong mencarikan sebab-sebab timbulnya kesulitan-kesulitan yanng ditakuti (adakah pengaruh kecelakaan yang dulu atau memang belum mengenal problemnya).
Menanamkan keakraban antar anggota group dan rasa saling percaya antar anggota (berdiskusi secara bersama-sama). Memberikan sugesti bahwa orang-orang yang banyak pengalaman selalu memberikan pertolongan kepada yang muda-muda. Meningkatkan kekuatan dan keterampilan (skill). Kerjakan sesuatu yang dapat menghilangkan rasa takut. Kebanyakan rasa takut akan lenyap pada waktu kegiatan-kegiatan yang ditakutkan itu telah dilakukan.





c. Marah

Marah dapat dikatakan sebagai reaksi kuat atas sesuatu yang tidak menyenangkan dan mengganggu pada seseorang. Ragamnya mulai dari kejengkelan yang ringan sampai angkara murka dan mengamuk.Ketika itu terjadi maka detak debar jantung semakin cepat, tekanan darah dan aliran adrenalin juga meningkat. Kalau sudah begini bisa-bisa perubahan psikologis akan menyebabkan timbulnya reaksi agresif dan pelakuan kasar dari sang pemarah.
Walau bersifat alami dan normal namun marah tidak timbul dengan sendirinya Ia merupakan respon dari seseorang ketika mendapat ancaman, hal yang membahayakan, kekerasan verbal, perlakuan tidak adil, kebohongan dan manipulasi oleh orang lain. Dengan kata lain marah timbul karena batas-batas emosi yang dimiliki telah terganggu atau terancam. Secara internal, marah bisa terjadi ketika menghadapi masalah-masalah pribasi, mengingat peristiwa yang sangat mengganggu pikiran, kekecewaan pada situasi lingkungan, kurang percaya diri,dsb. Sementara secara eksternal, marah bisa timbul karena,hak-hak pribadinya diperlakukan tidak adil dan mendapat ancaman.

Karena sifat marah memerlukan spontanitasdan ditujukan dalam bentuk-bentuk agresifitas,maka jalan paling baik kalau atlit-atlit tersebut dapat menghambat spontanitas dan mengurangi bentuk-bentuk agresifitasnya, artinya menaggapi kemarahan itu dengan usaha-usaha yang positif.Kalau olahraga yang dapat time-out lebih baik diambil time out dulu agar spontanitas kemarahan itu tertunda pelaksanaannya.Meskipun hanya beberapa detik,biasanya sudah cukup untuk mengurangi derajat kemarahan.Kadang-kadang seseorang yang marah dapat mengurangi kemarahannyadengan mengambil nafas dalam-dalam-dalam beberapa kali dengan menghitung sampai beberapa puluh atau menghadapi kemarahan itu dengan senyuman,dan masih banyak lagi jalan yang ditempuh untuk mengurangi kemarahan tersebut.

Dalam pertandingan –pertandingan adalah sukar untuk dapat menghilangkan sumber dari kemarahan, sebab dalam dunia olahraga memancing kemarahan lawan adalah disengaja dengan harapan kalau lawan itu sudah tidak sadar lagi akibatnya dia ingin tetap bermain keras yang dapat mengakibatkan banyaknya energi yang dikeluarkan sehingga pada suatu saat dia akan kehabisan tenaga dan akan mudah dikalahkan.Hal-hal seperti tersebut di atas harus disadari,dimengerti dan dikenali oleh para olahragawan, jangan sampai dia terpancing oleh siasat lawan untuk menjadi marah.Ingat marah memang dapat menimbulkan tenaga yang luar biasa,tetapi jangan sampai mengakibatkan hilangnya pertimbangan akal dalam menyalurkan timbulnya tenaga tersebut.Memanfaatkan tenaga tambahan itu, untuk usaha-usaha yang produktif. Untuk mengurangi akibat-akibat negatif yang dapat ditimbulkan oleh kemarahan perlu dicari bagaimana cara merendahkan kemarahan yang terjadi. Hal ini dapat diusahakan dengan cara:

· Menghambat spontannitas tindak kemarahan

· Mengurangi agresifitas tindakan

· Menanggapi kemaran dengan usaha-usaha yang positif.

· Melupakan atau menghilangkan / menghindari sumber kemarahan

C. Pengendalian Emosi Kunci Meraih Prestasi

Anthony Dio Martin penulis buku Emotional Quality Managament (2003) dan Audio Book Emotional Power (2004), mengungkapkan bahwa kesuksesan itu ditentukan oleh visi, imajinasi, aksi dan emosi. Emosi berperan penting, karena manusia saling berhubungan satu dengan yang lain.

Seringkali kita menganggap bahwa emosi adalah hal yang begitu saja terjadi dalam hidup kita. Kita menganggap bahwa perasaan marah, takut, sedih, senang, benci, cinta, antusias, bosan, dan sebagainya adalah akibat dari atau hanya sekedar respon kita terhadap berbagai peristiwa yang terjadi pada kita.

Daniel Goleman dalam bukunya, Emotional Intelligence, mendivinisikan emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Sedangkan Anthony Robbins dalam Awaken the Giant Within menunjuk emosi sebagai sinyal untuk melakukan suatu tindakan.

Di sini ia melihat bahwa emosi bukan akibat atau sekadar respon, tetapi justru sinyal untuk kita melakukan sesuatu. Jadi dalam hal ini ada unsur proaktif, yaitu kita melakukan tindakan atas dorongan emosi yang kita miliki. Bukannya kita bereaksi atau merasakan perasaan hati atau emosi karena kejadian yang terjadi pada kita. Padahal sesungguhnya kemampuan kita dalam mengendalikan dan mengelola emosi kita merupakan faktor penentu penting keberhasilan atau kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan kita.

Sejak diperkenalkan Kecerdasan Emosi (Emotional Intelligence - EQ) oleh Daniel Goleman pada 1995 tersebut, perhatian masyarakat mulai beralih dari kecerdasan intelektual (IQ) semata kepada kecerdasan emosional. Dan tahukah anda bahwa kesuksesan seseorang itu 80% ditentukan oleh EQ ketimbang IQ.

Emosinya merupakan sumber kekuatan yang sangat dahsyat maka sebenarnya kelemahannya merupakan kekuatannya, tentu dengan catatan jika dia dapat mengelolanya dengan baik.

Lantas timbul satu pertanyaan, bagaimana mengelola emosi? Dr. Patricia Patton dalam bukunya Emotional Quotient mengungkapkan bahwa untuk mampu mengatur emosi adalah dengan cara belajar.

Belajar mengidentifikasikan apa saja yang bisa memicu emosi kita dan respon apa yang biasa kita berikan.
Belajar dari kesalahan, belajar membedakan segala hal di sekitar kita yang dapat memberikan pengaruh dan yang tak dapat memberikan pengaruh pada diri kita.
Belajar selalu bertanggung jawab pada setiap tindakan kita.
Belajar mencari kebenaran, belajar memanfaatkan waktu secara maksimal untuk menyelesaikan masalah.
Belajar menggunakan kekuatan sekaligus kerendahan hati.
Kelima hal inilah yang apabila kita pelajari akan memudahkan diri kita dalam menjalin hubungan dengan orang lain.

Dengan kelima hal inilah maka dengan mudah kita mampu mengendalikan emosi itu. Kita mampu mengelola emosi itu sehingga bisa kita endapkan dalam hati. Jika kita mampu mengelolanya maka jadilah emosi itu sebagai energi untuk memajukan diri. Contohnya, seorang Peter Gade yang mampu mengelola emosinya, menggunakan semangat dari kemarahan karena sering disepelekan karena usianya yang sudah tua) menjadi pemicunya dalam mengejar prestasi sehingga dia bisa membuktikan kalau dia bukan si pecundang tua yang dapat disepelekan dalam TUC kemarin.

Tetapi yang tak boleh dilupakan, sebagai makhluk sosial, manusia tak bisa menghindarkan diri untuk berinteraksi dengan manusia yang lain, dalam hal ini dengan kemampuan menggunakan emosi sebagai pembawa informasi, kita bisa melihat sisi, kadar intensitas emosi orang lain yang muncul dari komunikasi non-formalnya, berupa ekspresi, tekanan nada suara, gerakan ataupun bahasa tubuh yang dipakainya. Jika kita mampu membaca bahasa-bahasa itu maka bisa diupayakan tindakan kontra reaksi dari emosi orang tersebut.

Umpamanya, jika kita lihat ada gejala mitra atau lawan bicara kita kurang suka, maka kita antisipasi dengan dengan berbicara yang bersifat menetralkan perasaan orang tersebut. Setelah kita pahami masalah emosi diri maupun emosi orang lain, maka secara mudah kita menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain. Sehingga diharapkan muncul pribadi yang menyenangkan. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosi yang baik akan peka terhadap situasi apapun yang sedang terjadi, serhingga dengan mudah menyiapkan strategi kontra situasi terhadap suatu konflik yang ada.



KESIMPULAN

Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.

Pengaruh-pengaruh negatif dari emosi dalam kegiatan olahraga, antara lain :

a. Gelisah

b. Takut

c. Marah

Anthony Dio Martin penulis buku Emotional Quality Managament (2003) dan Audio Book Emotional Power (2004), mengungkapkan bahwa kesuksesan itu ditentukan oleh visi, imajinasi, aksi dan emosi. Emosi berperan penting, karena manusia saling berhubungan satu dengan yang lain.

Sejak diperkenalkan Kecerdasan Emosi (Emotional Intelligence - EQ) oleh Daniel Goleman pada 1995 tersebut, perhatian masyarakat mulai beralih dari kecerdasan intelektual (IQ) semata kepada kecerdasan emosional. Dan tahukah anda bahwa kesuksesan seseorang itu 80% ditentukan oleh EQ ketimbang IQ.

Emosinya merupakan sumber kekuatan yang sangat dahsyat maka sebenarnya kelemahannya merupakan kekuatannya, tentu dengan catatan jika dia dapat mengelolanya dengan baik.

Lantas timbul satu pertanyaan, bagaimana mengelola emosi? Dr. Patricia Patton dalam bukunya Emotional Quotient mengungkapkan bahwa untuk mampu mengatur emosi adalah dengan cara belajar.



DAFTAR PUSTAKA



file:///H:/Psikologi%20olahraga/emosi.htm

file:///H:/Psikologi/psikologi...htm

file:///H:/Psikologi%20olahraga/dampak%20emosi%20dalam%20kegiatan%20olahraga%20%C2%AB%20Vhariss%27s%20Blog.htm

http://www.koni.or.id/files/documents/journal/4.%20Etika%20dan%20Moral%20dalam%20Pendidikan%20Jasmani%20Menuju%20Olahraga%20Prestasi%20Oleh%20DR.%20Johansyah%20Lubis,%20M.Pd.pdf

http://formula.indonesiafile.com/index.php?view=article&catid=8%3Ajurnal-merah-putih&id=24%3Apsikologi-olahraga&format=pdf&option=com_content&Itemid=15
PERSENDIAN

Ă˜ Mengenal Sendi

Sistim muskuloskeletal pada manusia terdiri dari tulang, otot dan persendian (dibantu oleh tendon, ligamen dan tulang rawan). Sistem ini memungkinkan Anda untuk duduk, berdiri, berjalan atau melakukan kegiatan lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Selain sebagai penunjang dan pembentuk tubuh, tulang juga berfungsi sebagai pelindung organ dalam. Tempat pertemuan 2 tulang adalah persendian, yang berperan dalam mempertahankan kelenturan kerangka tubuh. Tanpa persendian, Anda tidak mungkin bisa melakukan berbagai gerakan. Sedangkan yang berfungsi menarik tulang pada saat Anda bergerak adalah otot, yang merupakan jaringan elastik yang kuat.

Ada 3 jenis persendian yang dibedakan berdasarkan jangkauan gerakan yang dimiliki:
* Persendian Fibrosa, yaitu persendian yang tidak dapat digerakkan, dimana letak tulang-tulangnya sangat berdekatan dan hanya dipisahkan oleh selapis jaringan ikat fibrosa, contohnya sutura di antara tulang-tulang tengkorak.

* Persendian Kartilagenosa, yaitu persendian yang gerakannya terbatas, dimana tulang-tulangnya dihubungkan oleh tulang rawan hialin, contohnya tulang iga.

* Persendian Sinovial, yaitu persendian yang gerakannya bebas, merupakan bagian terbesar dari persendian pada tubuh orang dewasa, contohnya sendi bahu dan panggul, sikut dan lutut, sendi pada tulang-tulang jari tangan dan kaki, pergelangan tangan dan kaki.

Sendi merupakan hubungan antartulang sehingga tulang dapat digerakkan. Hubungan dua tulang disebut persendian (artikulasi).
Beberapa komponen penunjang sendi:
* Kapsula sendi adalah lapisan berserabut yang melapisi sendi. Di bagian dalamnya terdapat rongga.

* Ligamen (ligamentum) adalah jaringan pengikat yang mengikat luar ujung tulang yang saling membentuk persendian. Ligamentum juga berfungsi mencegah dislokasi.

* Tulang rawan hialin (kartilago hialin) adalah jaringan tulang rawan yang menutupi kedua ujung tulang. Berguna untuk menjaga benturan.

* Cairan sinovial adalah cairan pelumas pada kapsula sendi.

Macam-macam persendian
Ada berbagai macam tipe persendian:
Sinartrtosis adalah persendian yang tidak memperbolehkan pergerakan. Dapat dibedakan menjadi dua:
* Sinartrosis sinfibrosis: sinartrosis yang tulangnya dihubungkan jaringan ikat fibrosa. Contoh: persendian tulang tengkorak.

* Sinartrosis sinkondrosis: sinartrosis yang dihubungkan oleh tulang rawan. Contoh: hubungan antarsegmen pada tulang belakang.



Diartrosis
Diartrosis adalah persendian yang memungkinkan terjadinya gerakan. Dapat dikelempokkan menjadi:
* Sendi peluru: persendian yang memungkinkan pergerakan ke segala arah. Contoh: hubungan tulang lengan atas dengan tulang belikat.

* Sendi pelana: persendian yang memungkinkan beberapa gerakan rotasi, namun tidak ke segala arah. Contoh: hubungan tulang telapak tangan dan jari tangan.
* Sendi putar: persendian yang memungkinkan gerakan berputar (rotasi). Contoh: hubungan tulang tengkorak dengan tulang belakang I (atlas).
* Sendi luncur: persendian yang memungkinkan gerak rotasi pada satu bidang datar. Contoh: hubungan tulang pergerlangan kaki.
* Sendi engsel: persendian yang memungkinkan gerakan satu arah. Contoh: sendi siku antara tulang lengan atas dan tulang hasta.


Amfiartosis
persendian yang dihubungkan oleh jaringan tulang rawan sehingga memungkinkan terjadinya sedikit gerakan
* Sindesmosis: Tulang dihubungkan oleh jaringan ikat serabut dan ligamen. Contoh:persendian antara fibula dan tibia.

* Simfisis: Tulag dihubungkan oleh jaringan tulang rawan yang berbentuk seperi cakram. Contoh: hubungan antara ruas-ruas tulang belakang
PERKEMBANGAN FISIK dan GERAK BAYI



PETUMBUHAN MASA BAYI

Umumnya ahli psikologi perkembangan membatasi periode masa bayi pada 2 tahun pertama dari periode pascanatal. Masa bayi ini disebut juga sebagai periode vital, karena kondisi fisik dan psikologi bayi merupakan fondasi yang kokoh bagi perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya.



PERTUMBUHAN FISIK

Selama 2 tahun pertaman kehidupan fisik bayi berlangsung sangat ektensif. Pada saat lahir, bayi memilki kepala yang sangat besar dibandingkan dengan bagian tubh lain. Uraia berikut akan memberikan gambaran lebih rinci tentang beberapa apek dari pertumbuhan fisik yang terjadi selama masa bayi.



TINGGI DAN BERAT BADAN

Pada saat dilahirkan, panjang rata-rata bayi adalah 20 inci atau 50 cm, dengan berat 3,4 kg, dibandingkan dengan ukuran tubuh orang dewasa, panjang tubuh bayi lebih dekat dari pada beratnya: panjang bayi yang 20 inci menunjukkan lebih dari satu perempat tinggi orang dewasa, sedangkan 3,4 kg beratnya menunjukkan hanya sebagian kecil dari berat badan orang dewasa (Seifert & Hoffnung, 1994)

Segera setelah bayi menyesuaikan diri dengan kegiatan makan melalui cara menghisap, menelan, dan mencerna, fisiknya bertumbuh dengan cepat.



PERKEMBANGAN REFLEKS

Pada masa bayi, terlihat gerakan-gerakan spontan, yang disebut “reflex”. Reflex adalah gerakan-gerakan bayi yang bersifat otomatis dan tidak terkoordinir sebagai reaksi terhadap rangsangan tertentu serta member bayi respons penyesuaian diri terhadap lingkungannya. Sepanjang bulan pertama kehidupannya, kebanyakan reflex menghilang atau menyatukan dengan gerakan yang relative disengaja atau penuh arti. Ketika mereka menguasai kemampuan ini, maka ai disebut “skill” atu keterampilan. Reflex dan skill disebut juga kemampuan motorik (motor abilities).



PERKEMBANGAN KETERAMPILAN MOTORIK

Keterampilan motorik adalah gerakan-gerakan tubuh atau bagian-bagian tubuh yang disengaja, otomatis, cepat dan akurat. Gerakan-gerakan ini merupakan rangkaian koordinasi dari berates-ratus otot yang rumit dan bagian-bagian badan yang terkait, yaitu keterampilan motorik kasar (gross motor skill) dan keterampilan motorik halus (fine motor skill).



KETERAMPILAN MOTORIK KASAR

Keterampilan motorik kasar (gross motor skill), meliputi keterampilan otot-otot besar lengan,kaki,dan batang tubuh,seperti berjalan dan melompat.

Perkembangan Ketrampilan Motorik Selama Masa Bayi

Usia 1bulan:Mengkat dagu sampai tengkurap

Usia 2bulan:Mengkat dada sampai tengkurap

Usia 4bulan:Duduk dengan bantuan

Usia 7bulan:Duduk tanpa batuan

Usia 8bulan:Berdiri dengan bantuan

Usia 9bulan:Berdiri berpegang pada perabot

Usia 10buan:Merangkak

Usia 11bulan:Berjalan dengan dibimbing

Usia 12bulan:Berjalan berdiri sendiri

Usia 13bulan:Naik tangga

Usia 14bulan:Berdiri sendiri

Usia 15bulan:Berjalan

Usia 18bulan:Naik turun tangga tanpa bantuan

Usia 24bulan:Dapat lari dan berjalan mundur



KETRAMPILAN MOTORIK HALUS

Ketrampilan motori harus meliputi otot-otot kecil yang ada diseluruh tubuh,seperti menyentuh dan memegang bayi dilahirkan dengan seperangkat komonen penting yang kelak akan menjadi gerakan-gerakan lengan,tangan dan jari yang terkoordinir dengan baik.Meskipun demikian,pada saat baru lahir bayi masih mengalami kesulitan dalam mengontol ketraplan motorik halusnya.

Bayi yang baru lahir dengan serta mereka akan meraih dan menggenggam objek-ojbek yang dapat mereka lihat dihadapinnya.Tetapi seperti yang mungkin kita perkirakan,mereka sering gagal untuk menggeggam objek-objek tersebut.Mereka sering meyetuh objek tersebut,tetapi gagal untuk memasukan kedalam genggamannya.



PERKEMBANGAN SENSOR

Bayi yang baru lahir telah dilengkapi dengan peralatan yang dirancang sedemikian rupa untuk mengumpulkan informasi. Alat yang berfungsi untuk menangkap informasi inilah yang disebut dengan indra (sense) atau system sensorik. Jadi, semua informasi yang datang kepada bayi adalah melalui indra. Tanpa penglihatan, pendengaran, sentuhan, kecapan, penciuman dan indra lain, otak bayi akan terkucil dari dunia, bayi akan hidup dalam kebisuan, kegelapan, tanpa rasa, tanpa warna dan kehampaan yang kekal.

Dengan demkian indra-indra berfungsi mendeteksi, mentransduksi dan meneruskan semua informasi yang datang padanya. Setiap indra mempunyai satu unsur deteksi yang disebut sebagai reseptor (penerima), yaitu satu sel yang secara khusus hanya memberikn respon terhadap jenis rangsangan yang tertentu saja (Davidoff, 1988). Sensasi (pengindraan) terjadi ketika sekumpulan informasi mengadakan kontak dengan penerima sensor, seperti mata, telinga, lidah, hidung dan kulit.



PERKEMBANGAN OTAK

Pada waktu bayi masih berada dalam kandungan ibunya, badannya telah membentuk sekitar 1,5 milyar sel-sel syaraf per menit. Jadi, pada saat dilahirkan bayi kemungkinan telah memiliki semua sel-sel otak yang akan dimiliki selama hidupnya. Akan tetapi, sel-sel otak tersebut belum matang dan jaringan urat syaraf masih lemah. Oleh sebab itu, segera setelah lahir hingga usia 2 tahun sel-sel otak yang belum matang dan jaringan urat syaraf yang masih lemah itu terus bertumbuh dengan cepet dan dramatis mencapai kematangan, seiring dengan pertumbuhan fisiknya. Pada saat lahir, berat otak bayi seperdelapan dari berat totalnya atau sekitar 25% dari berat otak dewasanya (Myer, 1996, Zigler & Stevenson, 1993)



PERKEMBANGA GERAKAN

· Bangkit untuk berdiri dan bangkit lali duduk kembali.

Untuk melatihnya, dudukkan bayi di permukaan seperti lantai atau kasur, dan biarkan ia mencoba sendiri untuk berdiri atau bangkit untuk kemudian duduk sendiri.

· Mulai mampu memanjat ketinggian 15-30 cm

Dudukkan bayi di lantai dan beri mainan yang disukainya. Ambil mainan tersebut dan letakkan di tempat yang lebih tinggi. Usahakan ia melihat mainan tersebut dipindahkan dan katakan “Ambil nak”, sambil menepuk-nepuk tempat tersebut. Anak akan berusaha meraih mainan tersebut dengan merambat, lalu memanjat tempat tinggi tersebut. Dampingi anak dari belakang sambil beri dorongan. Jika ia menemukan kesulitan bantu dengan mendorong pantatnya.

· Mulai dapat berjalan walau masih 2-3 langkah dan kemudian jatuh terduduk karena keseimbangan belum sempurna. Ketika sudah mulai berjalan, langkah si kecil masih limbung.

· Sudah dapat berjalan.

Kadang-kadang walaupun sudah dapat berjalan si kecil masih suka merangkak, karena aktivitas ini berlangsung lebih cepat, apalagi jika ia menginginkan suatu benda yang jauh untuk dijangkaunya. Ajaklah si kecil berjalan di luar ruangan, misalnya di halaman rumah atau taman. Ia membutuhkan ruang yng luas untuk mencoba kakai-kakinya bergerak lincah. Biarkan ia menjelajah ruangan dengan kakinya tanpa dipegang yang penting awasi agar ia tidak membentur benda keras seperti ujung meja.





DAFTAR RUJUKAN



Hurlock, Elizabet B. 1980. Psikologi dan Perkembangan. Jakarta: Erlangga

( http: www.majalah_ayahbunda.com ) diakses tanggal 6 Oktober 2009
PENDIDIKAN JASMANI TUNANETRA

Definisi Tunanetra

Pertuni (2004) mendefinisikan tunanetra sebagian dari mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan tetapi tidak mampu menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 point dalam keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan kaca mata (kurang awas)“.

Definisi ini menyiratkan bahwa terdapat dua kelompok orang tunanetra berdasarkan sisa kemampuan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa. Kelompok pertama adalah mereka yang tidak memiliki sama sekali kemampuan untuk membaca tulisan biasa sehingga memerlukan media lain seperti Braille atau audio. Kelompok ini selanjutnya kita sebut tunanetra berat. Kelompok kedua adalah mereka yang masih memiliki kemampuan visual untuk membaca tulisan biasa dengan adaptasi tertentu. Adaptasi itu mencakup pembesaran huruf menjadi sekurang-kurangnya 18 point, atau penggunaan alat-alat magnifikasi (kaca pembesar atau CCTV). Karena status penglihatannya sering kali tidak stabil atau tidak dapat difungsikan untuk waktu yang cukup lama, maka kelompok ini juga perlu belajar membaca dengan format lain. Kelompok ini selanjutnya kita sebut tunanetra ringan atau low vision.

Untuk mengatasi kehilangan atau keterbatasan penglihatan guna melakukan kegiatan sehari-harinya, orang tunanetra sering harus melakukan kegiatan itu dengan cara alternatif. Teknik alternatif adalah cara khusus (baik dengan ataupun tanpa alat bantu khusus) yang memanfaatkan indera-indera nonvisual atau sisa indera penglihatan untuk melakukan suatu kegiatan yang normalnya dilakukan dengan indera penglihatan. Karena begitu banyak teknik alternatif yang harus digunakannya, maka pola kehidupannya pun menjadi berubah, berbeda dari orang pada umumnya. Oleh karena itu, Jernigan (1994) mendefinisikan ketunanetraan sebagai berikut: “An individual may properly be said to be "blind" or a "blind person" when he has to devise so many alternative techniques - that is, if he is to function efficiently - that his pattern of daily living is substantially altered.”

A. Ketunanetraan dan Kognisi

Kognisi adalah persepsi individu tentang orang lain dan obyek-obyek yang diorganisasikannya secara selektif. Respon individu terhadap orang dan obyek tergantung pada bagaimana orang dan obyek tersebut tampak dalam dunia kognitifnya, dan citra atau "peta" dunia setiap orang itu bersifat individual. Setiap orang mempunyai citra dunianya masing-masing karena citra tersebut merupakan produk yang ditentukan oleh faktor-faktor berikut: (1) lingkungan fisik dan sosialnya, (2) struktur fisiologisnya, (3) keinginan dan tujuannya, dan (4) pengalaman-pengalaman masa lalunya (Krech, Crutchfield, & Ballachey, 1982). Lebih jauh Krech et al. mengemukakan bahwa meskipun tidak ada dua orang yang memiliki konsepsi yang persis sama mengenai dunia ini, tetapi terdapat banyak fitur yang sama dalam citra semua orang mengenai dunia ini. Hal ini terjadi karena semua orang mempunyai sistem syaraf yang serupa, karena semua orang menggunakan "ungkapan rasa" tertentu secara sama, dan karena semua orang harus menghadapi persoalan tertentu yang mirip. Dunia kognitif anggota suatu kelompok budaya tertentu bahkan memiliki tingkat kesamaan yang lebih besar karena adanya tingkat kesamaan yang lebih besar dalam keinginan dan tujuannya, dalam lingkungan fisik dan sosialnya, dan dalam pengalaman belajarnya.

Dari keempat faktor yang menentukan kognisi individu sebagaimana dikemukakan oleh Krech et al. di atas, individu tunanetra menyandang kelainan dalam struktur fisiologisnya, dan mereka harus menggantikan fungsi indera penglihatan dengan indera-indera lainnya untuk mempersepsi lingkunganya. Banyak di antara mereka tidak pernah mempunyai pengalaman visual, sehingga konsepsi mereka tentang dunia ini sejauh tertentu mungkin berbeda dari konsepsi orang awas pada umumnya.

Perbedaan penting antara perkembangan konsep anak tunanetra dan anak awas – khususnya untuk konsep obyek fisik - adalah bahwa anak tunanetra mengembangkan konsepnya terutama melalui pengalaman taktual sedangkan anak awas melalui pengalaman visual. Lowenfeld (Hallahan & Kauffman, 1991) mengidentifikasi dua jenis persepsi taktual, yaitu synthetic touch dan analytic touch. Perabaan sintetis mengacu pada eksplorasi taktual terhadap obyek yang cukup kecil untuk dicakup oleh satu atau kedua belah tangan. Bila obyek itu terlalu besar untuk dapat dipersepsi melalui perabaan sintetis, maka dipergunakan perabaan analitis. Perabaan analitis adalah kegiatan meraba bagian-bagian suatu obyek secara suksesif dan kemudian secara mental mengkonstruksikan bagian-bagian tersebut menjadi satu kesatuan yang utuh. Orang awas dapat mempersepsi bermacam-macam obyek atau bagian-bagian dari satu obyek sekaligus, tetapi orang tunanetra harus mempersepsinya satu demi satu atau bagian demi bagian sebelum dapat mengintegrasikannya menjadi satu konsep.

Satu perbedaan penting lainnya antara perabaan dan penglihatan adalah bahwa perabaan menuntut jauh lebih banyak upaya sadar untuk memfungsikannya. Sebagaimana diamati oleh Lowenfeld (Hallahan & Kauffman, 1991), indera perabaan pada umumnya hanya berfungsi bila aktif dipergunakan untuk keperluan kognisi, sedangkan penglihatan aktif dan berfungsi selama mata terbuka. Oleh karena itu, untuk memperkaya kognisinya, anak tunanetra harus sering didorong untuk mempergunakan indera perabaannya untuk keperluan kognisi. Akan tetapi, di dalam masyarakat kita, di mana obyek-obyek tertentu ditabukan untuk diraba, dorongan untuk mempergunakan indera perabaan itu sering harus dibatasi demi menghindari perilaku yang bertentangan dengan norma-norma sosial.

Baiknya persepsi taktual, sebagaimana halnya dengan baiknya persepsi visual, tergantung pada kemampuan individu untuk menggunakan berbagai macam strategi dalam memperolehnya (Berla; Griffin & Gerber – dalam Hallahan & Kauffman, 1991). Anak tunanetra yang membandingkan antara pensil dan penggaris, misalnya, dengan menggunakan bermacam-macam strategi seperti membandingkan panjang masing-masing obyek itu dengan lengannya, dan mendengarkan perbedaan bunyinya bila obyek-obyek itu diketuk-ketukkan ke meja, akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang persamaan dan perbedaan antara kedua obyek tersebut. Satu strategi umum yang sangat penting untuk pengembangan persepsi taktual adalah kemampuan untuk memfokuskan eksplorasi pada fitur-fitur stimulus terpenting – yaitu bagian-bagian yang merupakan ciri khas dari obyek itu (Davidson – dalam Hallahan & Kauffman, 1991). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa semakin dini anak tunanetra dilatih dalam penggunaan strategi ini, akan semakin baik perkembangan konsep taktualnya (Berla - dalam Hallahan & Kauffman, 1991).

Seberapa besar perbedaannya dari anak awas, perkembangan konsep anak tunanetra itu akan sangat tergantung pada dua faktor, yaitu tingkat ketunanetraannya dan usia terjadinya ketunanetraan itu (Hallahan & Kauffman, 1991). Anak yang berkesempatan memperoleh pengalaman visual sebelum menjadi tunanetra, sejauh tertentu akan dapat memanfaatkannya untuk memahami konsep-konsep baru. Anak yang tunanetra sejak lahir pada umumnya akan lebih bergantung pada indera taktualnya untuk belajar tentang lingkungannya daripada mereka yang ketunanetraannya terjadi kemudian. Demikian pula, anak yang buta total akan lebih bergantung pada indera taktual untuk pengembangan konsepnya daripada mereka yang masih memiliki sisa penglihatan yang fungsional (low vision).


B. Ketunanetraan dan Inteligensi

Apakah ketunanetraan berdampak terhadap inteligensi? Kolk dan Tillman (Kingsley, 1999) menarik kesimpulan yang berbeda. Kolk mengkaji sejumlah hasil studi mengenai inteligensi anak-anak tunanetra dan menyimpulkan bahwa pada umumnya skor IQ rata-rata tidak berbeda secara signifikan antara anak tunanetra dan anak awas. Akan tetapi, Tillman menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan. Dengan menggunakan skala verbal WISC (the Wechsler Intelligence Scale for Children), Tillman melaporkan skor IQ rata-rata 92 untuk 110 anak tunanetra usia 7 13 tahun, dibandingkan dengan 96,5 untuk kelompok kontrol yang awas. Tillman menganalisis hasil dari masing-masing item tes dan menemukan bahwa anak-anak yang awas lebih tinggi daripada anak-anak yang tunanetra dalam item tes pemahaman dan tugas-tugas yang menuntut anak untuk menemukan persamaan di antara item-item yang disajikan; tidak ada perbedaan antara anak yang tunanetra dan anak yang awas dalam skala informasi, aritmetika dan kosa kata; tetapi anak tunanetra dapat lebih baik dibanding anak yang awas dalam pengerjaan soal-soal yang menggunakan rentangan bilangan 1-10. Penjelasan yang dikemukakan oleh Tillman untuk perbedaan-perbedaan itu adalah bahwa anak-anak tunanetra kurang mampu mengintegrasikan semua jenis fakta yang sudah mereka pelajari, sehingga masing-masing item informasi itu seolah-olah disimpan dalam kerangka acuan yang terpisah dari item lainnya. Anak-anak yang tunanetra tidak mengalami kesulitan dalam item-item yang menuntut informasi/pengetahuan umum, seperti item-item dalam skala aritmetika dan kosa kata, tetapi mereka mengalami kesulitan dalam item-item seperti pada tes pemahaman atau penilaian tentang persamaan antarobyek, yang menuntut anak menghubungkan berbagai macam item informasi. Seolah-olah semua pengalaman pendidikan anak tunanetra itu disimpan di dalam ruangan yang terpisah-pisah. Jika hal ini benar, maka dapat disimpulkan bahwa, untuk pembentukan persepsi, penglihatan memfasilitasi anak untuk menghubungkan pengalaman-pengalaman yang berbeda-beda, hubungan yang membantunya dalam memanfaatkan berbagai pengalamannya secara efektif.

Perbedaan temuan di atas mungkin diakibatkan oleh hakikat jenis tes yang dipergunakan untuk kelompok anak tunanetra dan kelompok anak awas. Pelopor dalam pembuatan tes inteligensi bagi individu tunanetra adalah Samuel P. Hayes (Hallahan & Kauffman, 1991). Hayes mengambil item-item verbal dari tes inteligensi Stanford-Binet untuk mengukur inteligensi individu tunanetra. Rasionalnya adalah bahwa item-item tersebut seyogyanya merefleksikan secara tepat inteligensi orang tunanetra karena item-item tersebut tidak begitu bergantung pada penglihatan seperti item-item pada performance test. Tes lain yang dirancang khusus bagi individu tunanetra adalah The Blind Learning Aptitude Test (BLAT), yang merupakan performance test, yang dirancang oleh Newland (Hallahan & Kauffman, 1991). Salah satu fiturnya adalah bahwa tes tersebut mengukur indera taktual (perabaan) - satu kemampuan yang dibutuhkan untuk membaca Braille.

Baik dengan menggunakan tes verbal ataupun tes kinerja, kita harus sangat berhati-hati dalam membandingkan inteligensi individu tunanetra dan individu awas. Warren (Hallahan & Kauffman, 1991) mengemukakan bahwa hampir tidak mungkin kita dapat membandingkan secara langsung antara kedua kelompok tersebut karena sangat sulit untuk mendapatkan alat ukur yang sebanding. Menggunakan tes verbal tidak benar-benar memuaskan karena banyak ahli berpendapat bahwa inteligensi terdiri lebih dari sekedar fasilitas verbal. Menuntut individu awas untuk menggunakan indera perabaannya dan tidak menggunakan indera penglihatannya dalam mengerjakan tes taktual juga tidak adil, karena mereka tidak terbiasa dengan itu. Oleh karena itu, akan bijaksana bila temuan-temuan di atas disimpulkan bahwa sekurang-kurangnya ketunanetraan tidak secara otomatis membuat inteligensi orang menjadi lebih rendah, sebagaimana dikemukakan oleh Hallahan & Kauffman (1991:309), "... there is no reason to believe that blindness results in lower intelligence."

Secara keseluruhan, Lowenfeld (Mason & McCall, 1999) mengemukakan bahwa ketunanetraan mengakibatkan tiga keterbatasan yang serius pada kemampuan individu, dan, pada gilirannya, sangat berdampak pada perkembangan fungsi kognitif. Ketiga keterbatasan tersebut adalah: (1) keterbatasan dalam sebaran dan jenis pengalaman; (2) keterbatasan dalam kemampuan untuk bergerak di dalam lingkungan; dan (3) keterbatasan dalam interaksi dengan lingkungan. Akan tetapi, Kingsley (1999) mengemukakan bahwa tidak ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa keterbatasan-keterbatasan akibat hilangnya penglihatan ini juga membatasi potensi. Ini berarti bahwa dengan intervensi yang tepat, yang dapat meminimalkan keterbatasan-keterbatasan itu – sebagaimana telah banyak dibuktikan (Beadles et al., 2000; Jindal-Snape et al., 1998)- potensi kognitif anak tunanetra itu dapat berkembang secara lebih baik. Bahwa kognisi anak tunanetra berbeda dengan kognisi anak awas pada umumnya, itu memang merupakan hakikat dari kognisi yang bersifat individual. Apakah dunia kognitif anak tunanetra lebih miskin daripada anak awas? Itu memerlukan penelitian lebih lanjut, dan tergantung pada alat ukur yang dipergunakan, karena, sebagaimana dikemukakan oleh Krech, Crutchfield, & Ballachey (1982), kognisi individu itu diorganisasikannya secara selektif. Hanya obyek-obyek tertentu, di antara semua obyek yang ada di "luar sana", yang masuk ke dalam konsepsinya tentang dunia luar, dan karakteristik obyek-obyek tersebut dapat berubah, disesuaikan dengan tuntutan psikologisnya. “The cognitive map of the individual is not, then, a photographic representation of the physical world; it is, rather, a partial, personal construction in which certain objects, selected out by the individual for a major role, are perceived in an individual manner” (Krech, Crutchfield, & Ballachey, 1982:20). Ini berarti bahwa seorang anak tunanetra mungkin miskin dengan konsep-konsep tertentu tetapi kaya dengan konsep-konsep lain – sesuai dengan selektivitasnya.

C. Ketunanetraan dan Perkembangan Bahasa Anak

Pada umumnya para ahli yakin bahwa kehilangan penglihatan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan memahami dan menggunakan bahasa, dan secara umum mereka berkesimpulan bahwa tidak terdapat defisiensi dalam bahasa anak tunanetra (Hallahan & Kauffman, 1991; Kingsley, 1999; Umstead, 1975; Zabel, 1982). Mereka mengacu pada banyak studi yang menunjukkan bahwa siswa-siswa tunanetra tidak berbeda dari siswa-siswa yang awas dalam hasil tes intelegensi verbal. Mereka juga mengemukakan bahwa berbagai studi yang membandingkan anak-anak tunanetra dan awas tidak menemukan perbedaan dalam aspek-aspek utama perkembangan bahasa. Karena persepsi auditer lebih berperan daripada persepsi visual sebagai media belajar bahasa, maka tidaklah mengherankan bila berbagai studi telah menemukan bahwa anak tunanetra relatif tidak terhambat dalam fungsi bahasanya. Banyak anak tunanetra bahkan lebih termotivasi daripada anak awas untuk menggunakan bahasa karena bahasa merupakan saluran utama komunikasinya dengan orang lain.



Satu defisiensi yang oleh beberapa peneliti ditemukan pada bahasa anak tunanetra – tetapi dibantah oleh beberapa peneliti lain (Zabel, 1982) adalah tingginya kadar verbalisme pada bahasa mereka, yaitu penggunaan kata-kata tanpa diverifikasi dengan pengalaman konkret. Verbalisme ini, menurut DeMott (Umstead, 1975), secara konseptual sama bagi anak tunanetra maupun anak awas, karena makna kata-kata dipelajarinya melalui konteksnya dan penggunaanya di dalam bahasa. Sebagaimana halnya dengan semua anak, anak tunanetra belajar kata-kata yang didengarnya meskipun kata-kata itu tidak terkait dengan pengalaman nyata dan tak ada maknanya baginya.

Penelitian tentang perkembangan bahasa dan bicara pada anak balita tunanetra dan awas yang dilakukan oleh Umstead (Umstead, 1975) menghasilkan temuan-temuan sebagai berikut. Anak tunanetra dan anak awas melalui proses yang sama dalam caranya belajar bahasa dan bicara. Kaidah dasar bahasa sudah dikuasai oleh kedua kelompok anak ini sebelum usia empat tahun. Sebagaimana halnya dengan semua anak, jika anak tunanetra mengalami kelambatan dalam perkembangan fisiknya, proses perolehan bahasanya pun akan lebih lambat pula. Pada awal perkembangan bicaranya, beberapa anak tunanetra menunjukkan kelambatan, mungkin karena anak-anak ini tidak dapat mengamati gerakan bibir dan mulut orang lain. Terbatasnya cara belajar mereka melalui pendengaran tanpa masukan visual itu tampaknya mengurangi efisiensi perkembangan bicaranya tetapi tidak mengakibatkan kesulitan yang signifikan. Kurangnya stimulasi vokal dapat berpengaruh negatif terhadap perkembangan bicara. Jika bayi atau anak tunanetra tidak diajak bicara dan tidak diperlakukan dengan kasih sayang, maka perkembangan bicaranya secara umum akan terhambat. Banyak anak tunanetra lambat dalam pertumbuhan kosa katanya, tetapi ini tampaknya terkait dengan cara orang dewasa memperlakukannya. Pertumbuhan kosa katanya itu akan normal jika anak itu diberi pengalaman konkret dengan obyek yang sama dan dilibatkan dalam kegiatan yang sama sehingga mereka dapat turut melibatkan diri dalam percakapan mengenai kegiatan tersebut.

Temuan-temuan di atas menunjukkan bahwa kalaupun anak tunanetra mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya, hal itu bukan semata-mata akibat langsung dari ketunanetraannya melainkan terkait dengan cara orang lain memperlakukannya. Ketunanetraan tidak menghambat pemrosesan informasi ataupun pemahaman kaidah-kaidah bahasa.



Penyebab dan Gejala-Gejala

Gejala-gejala neuritis optik adalah jika ditemukan satu atau lebih gejala berikut ini:

penglihatan kabur
bintik/bercak buta, terutama pertengahan lapang pandang
nyeri saat pergerakkan bola mata
sakit kepala
buta warna mendadak
gangguan penglihatan pada malam hari
gangguan ketajaman penglihata
Neuritis optik sering diakibatkan oleh penyakit sklerosis multipel. Penyebab lainnya adalah infeksi virus, jamur, ensefalomielitis, penyakit-penyakit otoimun atau tumor yang menekan saraf penglihatan atau penyakit-penyakit pembuluh darah (misalnya radang arteri temporal). Beberapa bahan kimia beracun seperti metanol dan timah hitam dapat menyebabkan kerusakkan saraf optik. Kerusakkan saraf optik dapat juga dikarenakan penyalahgunaan alkohol dan rokok. Neuritis optik dapat juga disebabkan karena gangguan sistem kekebalan tubuh.



Diagnosis

Dokter mata akan memeriksa mata penderita dan menentukan diagnosis neuritis optik. Pemeriksaan mata lengkap termasuk pemeriksaan ketajaman penglihatan, pemeriksaan buta warna serta pemeriksaan retina dan diskus optik dengan menggunakan oftalmoskop. Tanda-tanda klinis seperti gangguan reaksi pupil jelas terlihat selama pemeriksaan mata tetapi pada beberapa keadaan mata terlihat normal. Riwayat medis penderita dapat digunakan untuk mengetahui apakah pernah terpapar/kontak dengan bahan-bahan beracun seperti timah hitam yang dapat menyebabkan neuritis optik.

Pemeriksaan lebih lanjut dengan menggunakan MRI (magnetic resonance imaging) diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Dengan MRI dapat dibuktikan tanda-tanda sklerosis multipel.



Terapi

Pengobatan neuritis optik tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Gangguan penglihatan yang disebabkan infeksi virus akan membaik sendiri setelah diberikan pengobatan terhadap virus. Neuritis optik yang disebabkan bahan-bahan beracun dapat diatasi bila sumber-sumber/kontak dengan racun dihindari.

Pemberian kortikosteroid suntikan yang dilanjutkan dengan pemberian oral pada penderita neuritis optik akibat sklerosis multipel sangat cepat memperbaiki penglihatan penderita, tetapi masih diperdebatkan penggunaanya untuk mencegah kekambuhan. Terapi Percobaan Neuritis Optik menunjukkan bahwa steroid yang diberikan dengan suntikkan intravena efektif untuk mengurangi serangan neuritis optik akibat penyakit sklerosis multipel hingga 2 tahun, tetapi perlu penelitian lebih lanjut. Prednison yang diberikan secara oral tampaknya dapat meningkatkan serangan berulang neuritis optik sehingga terapi ini tidak dianjurkan.

Pencegahan

Gangguan penglihatan yang disebabkan karena neuritis optik biasanya bersifat sementara. Remisi (penyembuhan) spontan terjadi dalam dua hingga lima minggu. Saat masa pemulihan, 65% - 80% ketajaman penglihatan penderita menjadi lebih baik. Prognosis jangka panjang tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Jika serangan ini ditimbulkan oleh infeksi virus maka akan mengalami penyembuhan sendiri tanpa meninggalkan efek samping. Jika neuritis optik dipicu oleh sklerosis multipel, maka serangan berikutnya harus dihindari. Tigapuluh tiga persen penderita neuritis optik akan kambuh dalam lima tahun. Tiap kekambuhan menyebabkan pemulihannya tidak sempurna bahkan memperburuk penglihatan seseorang. Ada hubungan yang kuat antara neuritis optik dengan sklerosis multipel. Pada orang yang tidak mengalami sklerosis multipel maka separuh dari mereka yang mengalami gangguan penglihatan akibat neuritis optik akan menderita penyakit ini dalam 15 tahun.

Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani Tunanetra

Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang sama pentingnya dengan mata pelajaran lain di sekolah dasar dan sekolah luar biasa. Adapun ruang lingkup dan tujuan pembelajaran pendidikan jasmani tersebut di samping meningkatkan keterampilan gerak dasar juga meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan serta terapi/rehabilitasi terhadap siswa penyandang cacat/berkelainan. Pendidikan jasmani merupakan pendidikan secara keseluruhan /komprehensif artinya pendidikan untuk Jasmani dan pendidikan melalui jasmani. Hal ini dimaksudkan bahwa pendidikan Jasmani itu untuk meningkatkan kesehatan tubuh dan juga merupakan pendidikan yang merangsang perkembangan personalia/kepribadian siswa meliputi: pengembangan kognitif, afektif, psikomotor, dan sosial-emosional.

Menurut Noerbai, (2000:7) menyebutkan ruang lingkup pendidikan jasmani adalah gagasan pemikiran sebagai hasil kegiatan fisik, mental, emosional, dan yang terjadi dari pengorganisasian program yang difokuskan pada kegiatan fisik untuk mencapai tujuan. Tujuan ini akan dapat dicapai bila pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah luar biasa dilaksanakan dengan efektif. Ini dimaksudkan bahwa semua anak dalam pembelajaran merasa tertarik, senang dan gembira untuk mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani.

Ruang lingkup pendidikan jasmani pada sekolah luar biasa adalah memacu pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional, sosial dan bersifat terapi atau rehabilitasi bagi siswa penyandang cacat.

Secara umum jenis-jenis kegiatan yang diajarkan siswa penyandang cacat/tunanetra meliputi

1. Kegiatan pokok, terdiri atas:

a. Pengembangan kemampuan Jasmani (PKJ)

b. Atletik

c. Senam

d. Permainan

2. Kegiatan pilihan, terdiri atas:

a. Pencak silat

b. Renang;

c. Bulu tangkis:

d. Tenis meja

e. Sepak takraw

f. Permainan tradisional

Modifikasi Pendidikan jasmani Tunanetra di SLB

Pengertian modifikasi olahraga dalam pendidikan jasmani bagi penyandang cacat tidak menunjuk pada salah satu metodologi, model, alat tertentu, dan pengajaran tertentu, namun ia merujuk pada berbagai keterampilan mengajar yang diadaptasi secara baik dan benar oleh guru Dikjas bersangkutan. Dengan derrdkdan dalam pendekatan modifikasi tidak mengubah materi tertentu tetapi disesuaikan dengan kebutuhan (special need physical education) bagi Siswa penyandang cacat. Modifikasi yang diterapkan terhadap siswa tunanetra meliputi: Sport modification. Modifikasi olahraga ini meliputi alat olahraga, metode dan gerak. Hal ini dimaksudkan agar pemberian materi dengan mengutamakan pendekatan suasana bergembira (enjoy and happy) dalam mengikuti gerak aktivitas dalam pendidikan jasmani. (Soepartono dan Isrianto, 1998: 12). Dengan rasa senang tersebut maka aktivitas gerakan tanpa disadari akan meningkat dengan baik. Siswa penyandang cacat dapat tumbuh berkembang menjadi manusia yang sehat, senang percaya diri sehat jasmani dan rohani. (Haag,1978:51).

Pengertian modifikasi olahraga dalam dikjas adalah bentuk layanan adaptasi/penyesuaian aktifitas pendidikan jasmani dengan siswa penyandang cacat. Layanan ini tidak hanya sakedar menunjuk pada salah satu alat atau metode tertentu, akan tetapi lebih dari itu menunjuk pada berbagai keterampilan pengajaran dikjas, agar pelaksanaan/implementasi terhadap kurikulum dikjas di SLB lebih intensif dan efektif. Pembelajaran tradisional tetap masih dilaks-anakan sesuai dengan keadaan di daerah yang berbeda-beda. Pembelajaran tradisional dan modern masing-masing terdapat kelebihan dan kecocokan dengan daerah setempat yang berbeda-beda.

Namun mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendekatan modern diterapkan untuk memudahkan pelaksanaan pembelajaran dalam mencapai tujuan. Meskipun demikian model tradisional hingga saat ini tetap terdapat banyak pangsa pasar yang tetap digunakannya, khususnya di derah-daerah terpencil/pedalaman

Pendekatan baru yang popular saat ini adalah pendekatan modifikasi. Konsep pembelajaran dengan mengunakan modifikasi akan lebih mengutamakan unsur kegembiraan dengan tidak meninggalkan tujuan pendidikan. Sebagai mana dinyatakan oleh (Mutohir, 1996:6, Indahwati, Darmawan, Suroto, Pudjijuniarto, dan Ferianto, 1998: 57, Soepartono, dan lsrianto, 1998: 12) bahwa penekanan utama dalam pembelajaran dengan modifikasi adalah suatu strategi untuk membuat anak menjadi senang-gembira dalam mengikuti berbagai aktifitas gerak.

Tabel 6.1

Perbedaan. Pendekatan Pembelajaran Tradisional .dengan

Pendekatan Modifikas dalam Pendidikan jasmani

(Diadop dari : Indahwati, dkk. 1998:61)

Traditional Aproach
Sport Modification Approach

- Teacher Oriented
- Student Centered

- Linear (Unilateral
- Multilateral

- Invareant (monotony
- Variant

- Sport Based
- Modified Sport Based


Dengan demikian tingkat keterlibatan dan intensitas gerak dasar anak menjadi optimal- Akhirnya tujuan pembelajaran dapat dicapai dan diwujudkan melalui kegiatan pengajaran dengan perencanaan yang matang(Noebai. 2000:15).

Modifikasi pembelajaran (Irztructional modification), disebutkan. oleh Annarino, Cowell, and Hazelton, (1980:332) untuk siswa penyandang cacat dijelaskan bahwa dengan keterbatasan tingkat partisipasi penyandang cacat, serta tuntutan-tuntutan khusus, padanya, baik dalam program pendidikan jasmani regular maupun khusus, memerlukan modifikasi dan penyesuaian strategi pengajarannya. Pemahaman guru Dikjas di SLB, sering melihat bahwa suatu materi dikjas kurang cocok bagi semua siswa, khususnya bagi penyandang cacat, perlu dimodifikasi. Untuk itu materi pembelajaran disesuaikan pada kebutuhan siswa, ambisi, perasaan, tujuan dan kemampuan serta keterbatasan individu, khususnya para penyandang cacat buta.



Aktivitas-aktivitas yang dimodifikasi untuk ekualitas (keseimbangan) partisipasi siswa penyandang cacat Fait & Dunn, (1984), dengan teknik:

1. Mengurangi durasi aktivitas.

2. Mengubah aturan untuk ekualitas partisipasi.

3. Menyesuaikan tinggi net basket, bulutangkis, pingpong, dan bola volly dari standart

4 Memperpendek jarak.

5. Menggunakan tipe tanda yang berbeda.

6. Menggunakan pasangan, kelompok atau obyek (kawat, tali, kayu, pegangan).

7. Meminimalkan aktivitas kontak.

8. Membatasi luas area permainan.

9. Menambah atau mengurangi ukuran obyek permainan.

10. Menambah area ukuran area sasaran.

11. Meminimalkan penggunaan aktivitas tipe eliminasi (Minimiz­ing the ufe of elimination-type activities).

Ini hanyalah sebagian contoh untuk modifikasi teknik pengajaran Dikjas. Kondisi siswa ponyandano, cacat sangat bervareasi/berbeda akan menuntut adanya adaptasi dan modifikasi yang lebih spesifik. Guru dikjas yang kreatif dan sensitif akan menyadari kapasitas dan keterbatasan. anak-anak penyandang cacat, yang kemungkinan mereka tidak dapat berpartisipasi secara penuh dalam aktivitas pendidikan Jasmani. Tanpa adanya adaptasi atau modifikasi agar tercapai kepuasan atau kesenangan dalam partisipasi dalam pendidikan Jasmani, maka tujuan pembelajaran dikjas siswa penyandang cacat tidak efektif dan efisien, sehingga kualitas pengajaran tidak optimal. Soepartono dan Isrianto, (1998:12) menyebutkan pendekatan tradisional yang selama ini digunakan dalam pembelajaran Dikjas di sekolah-sekolah sudah harus diganti dengan pendekatan baru misalnya:"pendekatan sport modification dalam pelaksanaan Dikjas (Physical Education)". KBM dalam pendekatan ini ditekankan pada menciptakan suasana agar siswa senang dan gembira (enjoy and happy) dalam mengikuti berbagai aktivitas gerak dengan dernikian tanpa disadari terjadi pengalaman dasar gerak mereka meningkat. Dengan demikian mereka mendapatkan pengalaman gerak dasar, perkembangan keterampilan gerak, pernahaman dan sikap positif siswa terhadap gerak. Selanjutnya akan terns meningkat yang nantinya kelak akan menjadi manusia dewasa yang sehat jasmani rohani, segar bugar serta berkepribadian yang rnantap (Australian Sport Cornnilsion, 1993).

Layanan Dikjas bagi siswa penyandang cacat dengan fasilitas alat dan lapangan yang standart bukanlah merupakan tuntutan yang mutlak, bahkan akan menyulitkan satu kondisi cacat dengan cacat lainya. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa dengan. pendekatan modifikasi dan individual dapat meningkatkan partisipasi mereka sehingga kualitas pembelajaran meningkat (Soepartono dan Isrianto, 1998:13; Indahwati, Darmawan, G., Suroto, Pudjijuniarto, dan Ferianto, (1998). Misalnya lapangan 40 X 40 m untuk Jalan cepat dan lari yang disiapkan oleh guru.

Hakekatnya pembelajaran pendidikan Jasmani untuk membuat rasa senang, gembira, dan sejahtera melalui gerak aktivitas Jasmani.. (Zeigler, 1977:61) Australian Sport Commission, (1993) menyebutkan bahwa tujuan pendidikan Jasmani dengan dasar keterampilan gerak, pemahaman, dan sikap yang positif terhadap pendidikan Jasmani, diharapkan kelak akan menjadi manusia dewasa yang sehat dan segar Jasmani dan rohani serta kepribadian yang mantap (Soepartono dan Isrianto, 1998:12, Bucher, 1995:72)

Pelaksanaan pendidikan jasmani yang dilaksanakan saat ini berpedoman pada Lesson Plan, yaitu pada setiap pokok bahasan dikembangkan dengan tahapan-tahapan. Tahapan tersebut di antaranya:

a)tahap pendahuluan dan pemanasan,

b) tahap pengembangan keterampilan,

c) tahap keterampilan puncak, dan

d) tahap terahkir pendinginan dan penutup.

Jika diperhatikan dalam proses pembelajaran Dikjas, keterlibatan siswa penyandang cacat yang mengikuti kegiatan maka tampaklah sasaran yang akan dicapai adalah skill development dan affective development atau dua pengembangan yakni ranah keterampilan dan ranah afektif. Dalam program tersebut siswa diajak agar mereka dapat mengerti tujuan peinbelajaran Dikjas, siswa menginterpretasi dan menjelaskan partisipasinya dalam mengikuti kegiatan Dikjas. Hasil dari pemahaman; rasa senang, pengertian, serta keinginan (special need) untuk diterapkan dalam kegiatan gerak dan belajar melalui gerak merupakan kriteria keberhasilan tuivan pembelajaran Dikjas di SLB.





Program Pengajaran Individual dalam dikjas adaptif Tunanetra (Individualized Education Programs)

Program Pengajaran Individual adalah program pembelajaran yang dikhususkan dan diberikan secara individual. Hal ini disebabkan bahwa hakekatnya tidak ada seorangpun yang berkemampuan sama. Terlebih pada siswa panvandang cacat. Siswa penyandang cacat tersebut kemampuannya bervariasi, ad.a yang kemampuannya di atas normal, ada yang normal, dan ada yang di bawah normal. Untuk pengajaran yang dikembangkan akhir-akhir ini mengacu kepada pengajaran individual disebutkan dengan Individualized Physical Education for Special Children and Youth: "In­dividualized instruction has been defined as an instructional strategy that adapts the teaching-learning process for each student. It is designed to provide the best instructional match to individual needs, interests, and characteristics" (Annarino, Cowell, and Hazelton, 1980: 319, Short, 1995:33-35). Siswa penyandang cacat netra di SLB/A pada kelas IV dan V kemampuan jasmani maupun intelektualnya bervareasi. Untuk itu diperlukan pendekatan individual dalam pendidikan jasmani.

Dalam perencanaan PPI terdapat langkah-langkah persiapan, di antaranya:

1. membentuk tim penilai program pengajaran individual (TP3I)

2. mengadakan assesmen kemampuan dan kelemahan siswa.

3. merancang tujuan jangka pendek dan jangka panjang,

4. menentukan metede-prosedur KBM

5. menentukan metode evaluasi.

Beberapa langkah yang ditempuh dalarn pembelajaran individual (Bucher, 1995) mengemukakan sebagai berikut:

Pertama dilakukan assesmen terhadap siswa dengan informasi tim:

a. Hasil tes formal

b. Evaluasi dan observasi informal guru

c. Hasil survey minat dan kebutuhan pendidikan jasmani siswa

d. Hasil evaluasi pernyataan orang tua

e. Informasi para ahli lainnya

Kedua dalam kegiatannya PPI trdapat 6 pernyatan.

Kemampuan siswa saat ini.

a. Tujuan umum dan tujuan kusus

b. Layanan khusus

c. Proyeksi (kapan dan berapa lama durasinya)

d. Memperluas layanan ALB agar ia dapat berpartisipasi dalam program regular

e. Prosedur evaluasi (Murtadlo. 1998: 56, Annarino, Cowell, and Hazelton, 1980: 321)



Daftar Pustaka

Hallahan, D.p. & Kauffman, J.m. (1991). Exceptional Children Introduction to Special Education. Virginia:Prentice hall International, Inc.
Jernigan, K. (1994). If Blindness Comes. Baltimore: National Federation of the Blind.
Jindal Snape, D.; Kato, M.; Maekawa, H. (1998). "Using Self Evaluation Procedures to Maintain Social Skills in a Child Who Is Blind". Journal of Visual Impairment and Blindness, May 1998, 362 366.
Kingsley, M. (1999). “The Effects of a Visual Loss”, dalam Mason, H. & McCall, S. (Eds.). (1999). Visual Impairment: Access to Education for Children and Young People. London: David Fulton Publishers
Krech, D.; Crutchfield, R. S.; & Ballachey, E. L. (1982). Individual in Society. Berkeley: McGraw-Hill International Book Company.
McGaha, C. G. & Farran, D. C. (2001). “Interactions in any Inclusive Classroom: The Effects of Visual Status and Setting”. Journal of Visual Impairments and Blindness. February 2001, 80-94.

Mason, H. & McCall, S. (Eds.). (1999). Visual Impairment: Access to Education for Children and Young People. London: David Fulton Publishers
Marzano, R. J. (1998). A Theory Based Meta Analysis of Research on Instruction. Aurora, Colorado: Mid continent Regional Educational Laboratory.

McGaha, C. G. & Farran, D. C. (2001). “Interactions in any Inclusive Classroom: The Effects of Visual Status and Setting”. Journal of Visual Impairments and Blindness. February 2001, 80-94.
Pertuni (2004). Anggaran Rumah Tangga Persatuan Tunanetra Indonesia, Pasal 1 Ayat 1.

www.bintangbangsaku.com.